Ketika kePEREMPUANanku hampir lengkap


True story dari seorang ibu....
Waktu itu memasuki bulan ke-3 thn 2002 tepatnya usia janin dlm perutku udah genap 8 bulan…ini menandakan ntar lagi aku bakal punya "bocah kecil". Mas Happy pun memberi support, 30 hari berpuasa akan dijalaninya nanti, sebagai niatnya atas kelahiran bayi mungil kami, en…… s'perti banyak kubaca dan kudengar dr orang2 kalo' di usia kehamilan inilah..perasaan seorang calon ibu lagi peka2nya…sensitive banget….p'kok'e sering tdk menentu. Akhirnya terbuktikan juga olehku..kalo' 'keadaan' itu bukan cuman teori atau 'hantu kata' yg sering mencemaskan semua calon ibu di dunia ini, namun bener2 terjadi…berbagai butir2 perasaan yg berlainan saling campur aduk..di hatiku… ada gundah, senang, haru, cemas bahkan yg lebih parah ada perasaan "takut mati"…Subhanallah… semuanya meronrong, bersarang bergantian. Akibat perasaan inilah aku memutuskan u/ melahirkan di dekat Mama, sekalian bisa pulang kampung, maklum….kota tempatku bekerja terpisah jauh puluhan ribu km dengan tempat asalku.
Tepat tgl 11 Maret 2002 aku bertolak menuju Makassar, sebelumnya..aku diantar Mas Happy ke Bandara Frans Kaisiepo u/ check in tiket….dengan segala perasaan ikhlas kutinggalkan suamiku…dan diapun janji akan menyusulku jika hari "H" nya udah dekat….sesaat sebelum berangkat diciumnya keningku …sejuk dan teduh…terselip dlm hati…kalau ciuman itu sekaligus doa dan asa….sebagai seorang suami dan calon Ayah dr anakku kelak….
Bulan Maret udah mo' hampir abis…tapi mules2 di perutku plus flek2 sama sekali belum muncul…perasaanku makin cemas..seharusnya sekarang-sekarang ini aku udah bisa menimang mutiara kecilku. Dan spertinya ada yg tdk beres dgn kandunganku, hatiku makin panik dan was-was….jangan…jangan…ah, sudahlah..aku hanya bisa berserah diri dan banyak2 bersujud kepadaNYA, mengharap belaian-NYA untuk memberi setiap kemudahan…sekaligus kusemangati diriku u/ segera menamatkan bacaan Al-Qur'an…kebetulan nadzarku kemarin..pengen Khatam Al-Qur'an 2 kali selama hamil.
MasyaAllah…. hari sudah melompat ke bulan April namun tanda2 bersalin belum juga berkenan, Apakah ini pengaruh obat penahan kontraksi itu ???…yang diinjeksikan ke tubuhku beberapa hari sebelum keberangkatanku ke Makassar ? Setelah dirudung keraguan…. buntut2nya kukonsultasikan juga hal ini kepada Dokter kandunganku….maklum ..sebagai calon ibu muda ..aku mesti pinter2 menyiasati diri kalau2 butuh nasehat seorang Dokter…dan akhirnya kuterima juga keputusan di hari itu , bahwa usia kehamilanku sudah lewat hari, bahkan 5 hari kedepan tepatnya 6 April, Dokterku akan mengambil tindakan u/ segera mengeluarkan bayiku…entah itu melalui Drips atau Caesar… Subhanallah….aku semakin takut…pertanda apa lagi ini ??? Aku pun hanya bisa berbisik sambil bermunajat " Yaa..Allah…Engkaulah yang lebih berhak atas diriku dan bayiku, bukan siapa-siapa …Engkaulah yang memberi kehidupan dan sesudahnya….memberi segalanya…"
Hari Sabtu sore, 6 April 2002, saya ditemani Mama,Bapak, dan Mas Happy bergegas ke Klinik Bersalin "SUCI", tempat dimana saya berencana u/ bersalin. Setelah menunggu beberapa menit di Ruang Tunggu, akhirnya sayapun masuk ke Ruang Dokter u/ pemeriksaan dengan ditemani Mas Happy. Setelah melakukan beberapa tahap pemeriksaan, Dokterku segera membuat resume bahwa hari itu yang sedianya akan diambil tindakan Drips/ alias Opname dgn Infus terhadap saya, kembali diurungkan, Alhamdulillah ..ketakutanku sedikit terkurangi…namun saya tetap direkomendasikan untuk segera memonitor kandungan saya melalui USG sekali lagi, kata Dokter sih untuk memastikan kalau2 tdk ada gejala kelainan baik itu pd bayiku maupun diri saya. Kesimpulannya, Dokter masih berharap dan memberi jalan kepada saya untuk bersalin dengan normal.
Dua hari kemudian tepatnya 8 April 2002, saya pun menjalani pemeriksaan USG di Rumah Sakit Umum Polewali. Hampir sejam saya berada dalam Ruang Lab. USG. Akhirnya kuterima juga pernyataan yg tdk mengenakkan tentang kandunganku, dinding kantung makanan plus plasenta bayiku sudah memutih karena lapisan kapur, cairan amnion atau yg lebih dikenal dgn air ketuban juga makin berkurang di dlm rahimku, dan dengan keadaan ini Dokter pun menyarankan agar saya berhati-hati, karena bisa-bisa bayiku tidak terselamatkan…MasyaAllah…..dadaku sesak dan bergemuruh, "Ya, Allah apa yang mesti saya lakukan ??" Dokter pun coba meyakinkan…bahwa satu-satunya jalan adalah segera mengeluarkan bayiku, beliau menyarankan agar saya tetap di Drips untuk melunakkan tulang panggulku, tempat jalan lahir bayi. Beliau tidak memberi tenggang waktu, lebih cepat jauh lebih aman, katanya. MasyaAllah…saya semakin takut…Akhirnya tanpa berpikir panjang, hari itu juga saya menyatakan bersedia Opname di Klinik Bersalin, sekalipun waktu itu saya sudah tidak sempat lagi koordinasi dengan Mas Happy, menanyakan persetujuannya, mengingat Mas Happy sedang berada di Makassar untuk Pelatihan. Pikirku, Mas Happy tetap merestui apapun keputusan yang saya ambil, asalkan itu baik buat saya dan keluarga kami.
Di rumah, selepas Sholat Ashar, kutenangkan diriku sambil membaca Ayat Kursi dan Surah Yaasin. Tepat jam 5 sore, saya bergegas membersihkan diri, maklum Orang Tua alias Orang dulu menganjurkan bahwa sebelum bersalin kita mesti mandi layaknya mandi wajib selepas haid, nifas, dsb. Setelah segalanya siap, termasuk pakaianku dan perlengkapan bayiku, saya dengan ditemani Mama dan Bapak segera menuju ke Klinik, tempat dimana saya akan melahirkan. Kebetulan jarak rumah dan Klinik Bersalin cukup jauh, dengan menggunakan Panther, Bapakku menyetir mobil cukup kencang.
Sesampainya di Klinik, saya langsung disambut beberapa Perawat, Bidan, dan seorang Dokter Umum. Bidan yang akan menangani proses persalinanku segera menuntun saya masuk ke Kamar Pemeriksaan untuk dilakukan pemeriksaan dalam. Tidak dalam hitungan jam, alat-alat dan perlengkapan Infus sudah disiapkan. Sewaktu melihat Jarum Infus dan Botol Cairan, hatiku makin berdegup kencang. Maklum perasaan takut senantiasa menyertai, apalagi sebelumnya, saya sama sekali belum pernah merasakan jarum infus ditusukkan masuk ke pergelangan tangan saya. Sambil Dokter meraba-raba pergelangan tangan saya untuk mencari denyut nadi yang pas tempat jarum infus ditusukkan, saya meminta izin untuk mendengar Nasyid Raihan melalui walkman yang saya bawa dan persiapkan dari rumah. Saya berharap, alunan melodi Raihan yang khas dan cantik itu dapat meredam rasa sakit saya apabila mata infus ditusukkan.
Kupejamkan mataku, "Srrrrttt.." darahku muncrat keluar akibat tusukan jarum, perih rasanya. Cepat-cepat perawat mengganti pangkal jarum dengan pipa infus, katanya agar darahku tidak banyak yg terbuang, sehingga cairan infus pun akan mudah masuk melalui pembuluh nadiku. Alhamdulillah…prosesnya cepat usai, sambil berdzikir tak berhenti kunikmati acapella Raihan. Tidak beberapa lama kemudian, Adzan Magrib pun terdengar, saya pun bangkit dari pembaringan, dengan dibantu Mama, saya sedikit dibopong ke Kamar Mandi u/ Wudlu. Seusai Sholat Maghrib, saya tetap berdzikir sambil menunggu waktu Isya'. Setelah menjalankan kewajibanku untuk menunaikan Sholat Isya', kembali kubenahi tempat tidurku yang agak sedikit berantakan.
Kini, jam dinding menunjukkan pukul 8 malam tepat, mules-mules diperutku sudah mulai muncul. Pikirku, obat peransang melalui cairan infus ini sudah bereaksi. Bawaannya pengen buang air melulu, berkali-kali saya keluar masuk kamar mandi. Memang prosesnya lumayan repot, abis…. botol infus dan tiang penyangganya harus setia kubawa-bawa hingga ke kamar mandi. Setelah mondar-mandirnya lumayan lama, akhirnya Bidan dan Dokter masuk ke ruanganku, ditanyakannya keadaanku, cepat-cepat saja kujawab kalau sakitnya sudah sedikit terasa. Merekapun menyuruhku agar segera beristirahat, mengingat sebentar lagi saya bakal membutuhkan banyak tenaga untuk proses bersalin.
Tepat jam 10 malam lewat 20 menit, Mama pamit untuk pulang ke rumah, maklum Mama takut nungguin saya melahirkan, katanya Beliau tidak tega jika nanti melihat saya, anaknya mengerang kesakitan. Sebenarnya, saya sedikit kecewa, mana Mas Happy juga tidak ada. Tapi, itu hak Mama, saya pun tidak ingin menyusahkannya, kasian Mama yang selama ini sudah cukup berkorban, toh…kalau ada Mama atau Mas Happy mungkin juga, saya semakin cengeng menghadapi semua ini. Akhirnya, dengan ditemani Elis dan Agus, adik saya yang nomer 3 dan 4, kulewati detik demi detik dengan sabar dan tetap ingat kepada-NYA.
MasyaAllah….Subhanallah…sakitnya makin menjadi-jadi, tadinya hanya berinterval 15-15 menit sekarang sudah 5 menit-an, sedangkan waktu masih menunjukkan pukul 11 malam. Tulang panggul dan bokongku serasa pengen lepas, perasaan buang airpun juga semakin sering muncul. Sakitnya begitu nyeri, melilit-lilit dari panggul menusuk ke rahim bagian dalam. Setiap 5 menit, kurasakan sakit yang sama, dibawah perut terasa teriris-iris, bagai disayat sebilah pisau. "Allahu Akbar"….sakitnya benar-benar sakit. Tidak pernah kurasakan sakit seperti ini sebelumnya, keringat dingin dan peluhku begitu cepat membasahi sekujur tubuh. Setiap sakitnya datang, saya hanya bisa meringis dan menggigit ujung bantalku untuk menahan sakit. Tidak henti-hentinya, kusebut Asma Allah "Subhanallah..walhamdulillahi ..walaa Ilaahaillallah..walahaula walaquwwata Illahbillah Wallahu Akbar"
Sekali-kali kulirik jam di dinding, waktu begitu lambat terasa. Hatiku membatin, sampai kapan Allah mengujiku dengan sakit seperti ini ???..apakah sampai pagi nanti..atau siang esok..atau bahkan sampai esoknya lagi…MasyaAllah..pasti saya semakin tidak sanggup.
Jam 12 malam lewat sedikit, saya sudah agak bosan berada di pembaringan terus, coba kutegakkan tubuhku, saya beranjak meninggalkan tempat tidur, dengan ditemani Agus, adikku, kuajak dia berjalan-jalan keliling komplek Klinik. Memang sakitnya tetap ada, tapi saya coba menahannya, bahkan dengan berjalan sakitnya sedikit tekurangi. Tanpa saya sadari, darahku terisap keluar melalui pipa infus, adikku panik, mulanya saya tidak melihat kejadian ini, tapi setelah adikku teriak histeris kalau-kalau darahku makin banyak keluar bahkan sudah mendekati botol cairan yang dipegangnya, sayapun ikut-ikutan panik dan was-was. Segera adikku memanggil seorang perawat, dituntunnya saya untuk kembali ke kamar. Sambil rebahan, pipa infusku dibenahi, syukur saja darahku belum mengalir sampai ke botol cairan, kalau itu terjadi, injeksi ulang akan dilakukan. Namun, perawat itu hanya menyuntikkan jarum ke pipa infus untuk menyedot semua darah yang mengganjal cairan infus. Dengan sedikit menasihati, perawat itu mengingatkan agar saya tidak meletakkan tangan saya lebih tinggi dari botol cairan, atau kontrol pipanya diatur supaya terkunci sehingga cairannya tidak bisa keluar. Alhamdulillah..pelan-pelan semuanya teratasi.
Jam 01.00 dinihari, sakit di perut saya makin tidak bisa ditolerir, rasa melilit dan ditusuk-tusuk masih bersarang, saya hanya bisa sedikit mengerang sambil terus mengucap kata Tahmid, Tahlil, dan Takbir. Semua kemungkinan terburuk mulai terbayang, menari-nari di ruang benak saya. Dadaku pun semakin sesak, tidak ada tempat untuk berbagi, hanya kepada Allah, saya adukan semuanya. Mama tidak ada mendampingi, begitupun Mas Happy, hanya kepadaNYA kupasrahkan semuanya, karena kuyakin DIA Maha Menyaksikan.
Hatiku begitu giris, jiwaku guncang, teramat takut, " Akankah maut menjemput ?"…MasyaAllah …kenapa saya begitu takut akan mati, padahal saya pasti akan mati…suatu saat…nanti, dan jika kematian itu datang, tidak ada tawar-menawar….Subhanallah.
Setiap detik…..,setiap erangan kesakitan….setiap denyut nadi… kulalui dengan usaha untuk selalu mengingat akan kebesaranNYA, akan kejaibanNYA, akan kasihsayangNYA….tanpa pernah menduga-duga takdirNYA, tanpa pernah sangsi akan Ke-maha adil-anNYA. "Saya yakin Allah sayang kepada semua hamba-hambaNYA".
Pukul 3 dini hari, saya kembali dijenguk oleh Bidan. Beliau mempertanyakan keadaanku, sambil mengelus-ngelus perutku, dia seolah-olah mengatur posisi dan letak bayiku, dan sebagai prediksi, bidan itu memperkirakan bahwa tidak lama lagi saya akan mengeluarkan bayiku, mengingat sakit yang saya rasakan telah beruntun. Namun, Bidan belum bisa bertindak apa-apa karena diwaktu yang bersamaan, Beliau juga sedang menangani seorang Ibu yang juga akan bersalin, dan kebetulan lagi Ibu tersebut sudah mencapai pembukaan delapan.
Tepat jam 04.30 pagi, sakit di rahim saya mencapai klimaksnya, beribu-ribu peluh terus keluar dari setiap pori-pori kulitku, penglihatanku semakin kabur, bahkan airmata pun tak terbendung. Rasa sakit itu terus menghujani, sebagai pertanda bayi mungilku tidak sabar lagi untuk melihat dunia. Kuelus perutku, sambil bergumam, "InsyaAllah, jika Allah mengizinkan, sebentar lagi…Mama… akan memelukmu…" Akhirnya, saat yang kutunggu-tunggu telah datang, Bidan beserta 2 orang perawat datang menghampiriku, dengan sigap Bidan mamakai sarung tangan steril, tujuannya tidak lain tidak bukan untuk melakukan pemeriksaan dalam terhadap leher dan muara rahimku. "Alhamdulillah!!"…pekik Bidan itu, "pembukaannya sudah lengkap, mari…saya tuntun ibu menuju Kamar Bersalin". "DUG"….hatiku tersentak kaget, seluruh tubuhku gemetar. Allahu Akbar…sebentar lagi ke-perempuan-anku hampir lengkap. Saya akan melahirkan, saya akan menjadi Ibu dari seorang bayi. Alhamdulillah…..
Dengan dibantu 2 orang perawat, saya beranjak dari tempat tidur, bahkan tanpa bantuan kursi roda saya bisa berjalan sendiri menuju Kamar bersalin yang letaknya agak dibelakang dari Komplek Klinik Bersalin ini. Sengaja saya memilih ini, mengingat ..nasehat medis..bahwa…untuk mempercepat proses kelahiran dengan masuknya kepala bayi di tulang panggul, Si Ibu harus banyak-banyak berjalan.
Setibanya di Kamar bersalin, kembali saya dihimpit rasa takut, "Alat-alat itu…jarum..gunting, mangkok stainless, lampu bersalin, tabung Oksigen" Membuat nyali saya kiyut. Subhanallah….kuatkan saya …. Dengan dihimpit beribu rasa takut dan was-was, pelan-pelan ku rebahkan tubuhku di atas matras bersalin, sambil membenahi jarum infusku yang hampir terlepas. Selang beberapa menit kemudian Ibu Bidan menghampiriku, "Nak, saya tinggal sebentar…saya Sholat dulu…. …setidaknya kita sama-sama berdoa…semoga Allah meridhoi proses persalinan ini, …InsyaAllah..setelah Sholat…..Ibu akan bimbing….dan sebaiknya…jangan berkuat dulu."….MasyaAllah…. Hatiku begitu giris, melewati setiap detik ini yang terasa begitu lama, bahkan sakit di rahimku pun semakin sakit. Kantung ketubanpun sudah pecah, airnya menghambur keluar, membasahi hampir seluruh permukaan matras."Astagfirullah…astagfirullah…"..tak henti-hentinya saya beristighfar. Tidak lama, sekitar 10 menit kemudian, Ibu Bidan pun datang mendekatiku, sambil tersenyum diusapnya kepalaku "Kita bisa mulai sekarang…" sambil memberi isyarat kepada 2 orang perawat untuk segera menyiapkan segala sesuatunya.
Dengan posisi setengah duduk- setengah berbaring, kurenggangkan kedua kakiku, kuletakkan kedua tanganku dibelakang kepala untuk membentuk daya dorong. Ibu Bidan pun memberi instruksi, agar saya bersiap-siap mengejan…."Satu..dua…tiga…"….."Akkkkkhhhhh……"…kutahan nafasku sambil kupejamkan mataku…perih rasanya….."AllahuAkbar..!!"….sakitnya begitu perih apalagi di sekitar leher rahim. Terus kucoba untuk berkuat….., setiap kali sakitnya datang membahana, kususul dengan tindakan mengejan. Suara Ibu Bidan…perawat… terus terdengar untuk memberi sugesti terhadapku agar saya terus berkuat. Hampir setiap 5 detik kurasakan hal yang sama..teramat perih..nyeri ….…menusuk dari tulang panggul hingga ke ulu hati…peluhku pun sekonyong-konyong membasahi semua permukaan kulitku, kedua tangan dan kakiku terasa amat dingin, …MasyaAllah…ampun Ya…Allah….sakit nian sakit ini. Begitulah seterusnya, hampir 40 menit, saya merasakan sakit yang sama.
"MasyaAllah!!!"..pekikku dalam hati…sambil melirik jam dinding yang berada tepat dihadapanku…jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.05, namun proses bersalin belum kunjung usai. Hatiku pun semakin takut, kembali dihinggapi rasa cemas, belum lagi tenagaku hampir habis, hampir mendekati titik nol. "Subhanallah.." saya mesti berbuat apa…akankah saya dioperasi?…akankah bayi saya terselamatkan…akankah saya diberi kesempatan untuk menatap kembali wajah-wajah orang yang kukasihi ?….Allahu Akbar…saya pasrah kepadamu…Yaa..Rabb…
Air mataku pun mulai berjatuhan satu persatu….syahdu hati ini..tak ada lagi kekuatan…kedua tanganku lunglai …tidak mampu menopang kepalaku…penglihatanku semakin gelap…sekujur tubuhku gemetar, mulutku kaku, tenggorokanku kering….Inikah maut yang menjemput…."Subhanallah…..aku siap Yaaa…Allah…namun …anakku…"…..tiba-tiba sayup kudengar suara Ibu Bidan .."Nak…sedikit lagi….kepala bayi sudah di pintu….Sekali lagi!!!"…..dengan kekuatan…..yang saya yakin datangnya dari Allah…...saya mengejan sekuat-kuatnya….."Prooottthhh…!!"…"Oeeee…ooooeeeeeeeee….oeeeee………"…..Alhamdulillah.."..pekik Ibu Bidan…"Anak yang cantik….!!…
MasyaAllah….itu …..itu….bayiku… bisikku….kupaksa untuk membuka kedua mataku walau terasa amat berat…Ya, bayi merah itu anakku…tidak salah lagi…Alhamdulillah…AllahuAkbar….berpuluh-puluh pujian keluar dari tenggorokanku yang kering, Allahu Akbar…. air mataku pun semakin mengalir deras….jatuh …membuat telaga….terbayang di pelupuk mata… segala keindahan…terasa begitu berarti setiap tarikan nafas…., terasa begitu nikmat hidup ini…terasa…begitu luasnya sayang Allah kepada kita…CINTA yang tidak bertepi. "Saya bisa…Yaa..Allah..saya mampu…sebagai seorang perempuan.."…..Inginku berlari…menghampiri setiap orang yang selalu hadir dalam kehidupanku…..untuk membisikkan…" Kini..kupunya anak yang cantik …karena keajaibanNYA…"


KETIKA ALLAH BERKATA "TIDAK"


Ya Allah ambillah kesombonganku dariku
Allah berkata, "Tidak. Bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkannya."
Ya Allah sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat
Allah berkata, "Tidak. Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara."
Ya Allah beri aku kesabaran
Allah berkata, "Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan; tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri."
Ya Allah beri aku kebahagiaan
Allah berkata, "Tidak. Kuberi keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri untuk menghargai keberkahan itu."
Ya Allah jauhkan aku dari kesusahan
Allah berkata, "Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu pada Ku."
Ya Allah beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat
Allah berkata, "Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal."
Ya Allah bantu aku MENCINTAI orang lain, sebesar cintaMu padaku
Allah berkata... "Akhirnya kau mengerti !"
Kadang kala kita berpikir bahwa Allah tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa, meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya. Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan-bahkan ratusan lamaran telah kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali -- orang lain dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan. Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaan mengharapkan jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya-tanpa susah payah.
Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai, berakhir dengan penolakkan dan kegagalan, orang lain dengan mudah berganti pasangan. Kita menginginkan harta yang berkecukupan, namun kebutuhanlah yang terus meningkat.
Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam dan pilek, lalu kita melihat tukang es. Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum es dapat mengobati rasa demam (maklum anak kecil). Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Allah) dan merengek agar dibelikan es. Orangtua kita tentu lebih tahu kalau es dapat memperparah penyakit kita. Tentu dengan segala dalih kita tidak dibelikan es. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum es yang lezat itu. Begitu pula dengan Allah, segala yang kita minta Allah tahu apa yang paling baik bagi kita. Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Allah mengabulkannya. Karena Allah tahu yang terbaik yang kita tidak tahu. Kita sembuhkan dulu diri kita sendiri dari "pilek" dan "demam".... dan terus berdoa.

RENUNGAN TAUBAT

Taubatan nasuha adalah taubat yang sungguh-sungguh
pertama dan terakhir ia berjanji untuk tidak lagi mengulangi perbuatannya menyesal tidak pernah bangga dengan masa lalunya mudah menangis dan ia sangat bersemangat-sangat bersemangat
mengejar kebaikan dan perbaikan
sunah menjadi wajib baginya makruh menjadi haram
mubah menjadi berkah
ia jaga dirinya bergaul kepada orang-orang soleh
dan ia bahkan mengajak saudara-saudaranya yang terlanjur sesat
untuk kembali kejalan Allah
sebagaimana dirinya yang mendapat hidayah Allah
itulah ciri taubatan nasuha dan
itu karunia dari Allah sekali lagi karunia dari Allah
selama kita hidup jangan pernah pesimis
optimislah ada harapan untuk bertaubat
maha bijaksana Allah maha kasih sayang Allah
betapapun hebatnya dosa yang kita lakukan yang kita sembunyikan dimuka bumi ini sungguh ampunan Allah lebih besar dari pada dosa kita
Ikhwah segeralah bertaubat jangan tunggu lagi
Allah menantimu


Ketika Akal Berpikir Imanpun Bertambah


"Fenomena alam adalah fakta, kenyataan, yang tunduk pada hukum hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul, kemudian ada keterlibatan siapa di balik fenomena tersebut?"

Salah satu ciri makhluk dikatakan hidup adalah bergerak, manusia disibukan oleh rutinitas masing masing. Secara visuil kita bisa membedakan keadaan manusia yang diam dan yang disibukan dengan kegiatan kegiatan. Kita ambil contoh orang yang duduk di rumah sambil berpikir dengan seorang pekerja lapangan atau olahragawan yang senantiasa melatih tubuhnya. Secara spontan, maka yang kita pikirkan adalah hasil dari usaha kedua orang tersebut. Lalu pernahkah anda berpikir mereka adalah dua makhluk hidup yang bergerak? lalu kenapa mereka bisa bergerak?

Secara ilmu hayat, tubuh manusia terdiri dari miliaran sel sel yang membentuk jaringan sel-sel, otot otot, tulang, organ tubuh dan sebagainya. Kalau ditinjau lebih seksama, maka ia memiliki karakter frekwensi getaran tersendiri, frekwensi dari tubuh seseorang merupakan kumpulan dari semua frekwensi sel sel pembentuk tubuhnya, sehingga orang yang bersangkutanpun ditentukan oleh keadaan sel-sel tubuhnya, selanjutnya di dalam setiap sel terdapat satu "unit pikiran" (mind stuff) yang secara kolektif akan membentuk pikiran orang tersebut.

Jadi, pikiran seseorang dipengaruhi langsung oleh keadaan sel sel ini. Sel-sel pembentuk tubuh ini terbuat sebagian besar oleh makanan yang kita makan. Begitupun ia juga tumbuh dan berkembang dari makan, udara dan air yang kita peroleh dari lingkungan kita, sel-sel dalam tubuh berusia 21-28 hari, sel yang mati diganti dengan sel yang baru terbentuk. Disini jelas dapat kita lihat bahwa makanan sangat mempengaruhi kondisi sel dalam tubuh kita yang berarti menentukan tingkat kesehatan tubuh dan pikiran.

Di atas secara ringkas penulis memaparkan keadaan tubuh yang disusun dari bagian-bagian yang sangat kecil dimana satu sama lain saling mempengaruhi dan saling mengisi. Ketika salah satu sel tidak berfungsi, maka akan menyebabkan kecacatan dalam tubuh dan menyebabkan keterbatasan dalam bergerak, dan seorang olahragawan tidak bisa menggerakan sebagian anggota badannya seperti biasa, berkurangnya kecepatan berfikir bahkan bisa menyebabkan gangguan jiwa ketika salah satu saraf otaknya terganggu atau tidak berfungsi lagi. Dalam hal ini, sengaja penulis mengambil tubuh sebagai contoh, karena pada dasarnya tubuh dimiliki setiap orang dan bisa secara langsung merasakan keadaannya masing masing, lain halnya ketika dibicarakan benda atau mahluk hidup di luar tubuh kita, akan sangat jarang sekali kita dapati orang yang memperhatikan keadaan di luar tubuhnya.

Tubuh merupakan salah satu contoh kecil dari fenomena alam, masih banyak fenomena yang belum terungkap di alam semesta ini. Dan sering kita dapatkan dalam al-Qur'an, ayat ayat yang mengungkap fenomena alam, sering pula Allah swt. mengingatkan manusia untuk selalu berpikir, merenungkan kekuasaan Allah swt. seperti “Falyanzhur al-Insânu Mimmâ Khuliq” (QS. Al-Thâriq : 5), “Afalâ Yanzhurûn” (QS. Al-Ghâsyiyah : 17), “Am Khuliqû Min Ghairi Syai-in Am Hum al-Khâliqûn” (QS. Al-Thûr : 35), yang semuanya itu Allah swt. tujukan kepada manusia sebagai hayawan al-nâtiq.

Pernahkah kita perhatikan seekor kucing yang dilempar dengan sebuah batu? kemudian apa yang kucing lihat? Batunya atau orang yang melemparnya? Fakta membuktikan bahwa kucing itu tidak melihat pada batunya tapi melihat kepada orang yang melempar batu itu. Begitu pula kita melihat kehidupan ini, kita hanya sering melihat benda-benda, makhluk-makhluk yang ada di sekitar atau musibah yang datang dan tidak pernah melihat siapa yang menciptakan kesemuanya tersebut.

Padahal, seharusnya kita melihat kepada siapa yang mendatangkan benda-benda, makhluk-makhluk dan musibah tersebut, karena ini akan lebih mudah dalam memahami keeksistensian Allah swt. Sekarang banyak para ilmuan yang membuktikan kebenaran al-Qur'an, seperti karya Harun Yahya dan yang lainnya, sebagai bendungan dari usaha kaum orientalis yang mencoba menghancurkan Islam melalui science dan sekaligus membuktikan kebenaran al Qur'an. Fenomena alam dan al Qur'an merupakan dua unsur yang Allah swt datangkan sebagai pengisi kehidupan manusia dan petunjuk dalam menjalani kehidupan, ketika fenomena datang maka al-Qur'an menjawabnya.

Setelah kita tahu kebenaran al Qur'an yang tidak diragukan lagi kebenarannya, apakah keimanan kita tidak bertambah?


Karakteristik Pemuda Muslim Dalam Sorotan Shirah


Mendengar ucapan seperti itu pemuda tersebut berdiri dan berkata,"Wahai Amirul Mu'minin, sesungguhnya seseorang itu dikarenakan dua hal yang paling kecil padanya, yaitu hati dan lisannya. Jika Allah telah menjaga hatinya (dari maksiat) dan memberikan lisan yang anggun (sopan), maka dia berhak untuk berbicara. Dan seandainya segala perkara dikarenakan oleh usia seseorang, maka yang berhak untuk duduk dalam jabatanmu adalah orang yang lebih tua darimu."

(1) Mendengar ucapan tersebut, terkejutlah Umar atas kebenaran yang yang dikemukakan oleh pemuda itu.
Sejak jaman dahulu kala, bahkan jauh sebelum Islam muncul di muka bumi ini, para Nabi dan Rasul yang diutus untuk menyampaikan wahyu Allah SWT dan syari'at-Nya kepada umat manusia, semuanya adalah orang-orang terpilih dari kalangan pemuda yang berusia sekitar empat puluhan. Bahkan ada di antaranya yang diberi kemampuan untuk berdebat dan berdialog sebelum umurnya genap 18 tahun. Berkata Ibnu Abbas ra, "Tidak ada seorang Nabipun yang diutus oleh Allah, melainkan ia (dipilih) dari kalangan pemuda saja (yakni antara 30 - 40 tahun). Begitu pula tidak seorang 'alimpun yang diberi ilmu melainkan ia (hanya) dari kalangan pemuda saja". Kemudian Ibnu Abbas membaca firman Allah SWT, "Mereka berkata : Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim."

(2) Tentang Nabi Ibrahim, Al Qur'an lebih jauh menceritakan bahwa beliau telah berdebat dengan kaumnya, menentang peribadatan mereka kepada patung-patung yang sama sekali tidak memberi manfaat dan mendatangkan mudharat. Saat itu beliau belum dewasa, seperti yang tertera dalam firman Allah SWT,
"Sesungguhnya, Kami telah memberikan kepandaian pada Ibrahim sejak dahulu (sebelum mencapai masa remajanya) dan Kami kenal kemahirannya. Ketika dia berkata kepada bapak dan kaumnya : 'Patung-patung apakah ini, yang selalu kalian sembah ?' Mereka berkata : 'Kami dapati bapak-bapak kami menyembahnya.' Dia berkata : 'Sungguh kalian dan bapak-bapak kalian itu dalam kesesatan yang nyata'. Mereka menjawab : 'Apakah engkau membawa kebenaran kepada kami, ataukah engkau seorang yang bermain-main saja?' Dia berkata : 'Tidak, Tuhanmu adalah yang memiliki langit dan bumi yang diciptakan oleh-Nya, dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu'". (QS Al Anbiyaa : 51-56)
Perlu digarisbawahi di sini, bahwa para Nabi as telah diutus untuk mengubah keadaan saja, sehingga setiap Nabi yang diutus adalah orang-orang terpilih dan hanya dari kalangan pemuda (Syabab) saja. Bahkan kebanyakan pengikut mereka adalah dari kalangan pemuda juga, meskipun tentu saja ada yang sudah tua atau bahkan masih anak-anak. Kita ingat misalnya Ashabul Kahfi, yang tergolong sebagai pengikut Nabi Isa as. Mereka ini adalah sekelompok anak-anak usia muda yang menolak kembali ke agama nenek moyang mereka dan menolak menyembah selain Allah SWT. Oleh karena jumlahnya sedikit, tujuh orang di antara sekian banyak masyarakat yang menyembah berhala-berhala, maka mereka pun bermufakat untuk mengasingkan diri dari masyarakat dan berlindung dalam suatu gua. Fakta sejarah ini diperkuat oleh Al Qur'an, yang dikisahkan dalam QS Al Kahfi : 9-26, di antaranya,
"(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat perlindungan lalu berdoa : 'Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan tolonglah kami dalam menempuh langkah yang tepat dalam urusan (ini)' " (ayat 10)
"Kami ceritakan kisah mereka kepadamu dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka (Sang Pencipta), dan Kami berikan kepada mereka tambahan pimpinan (iman, taqwa, ketetapan hati dan sebagainya)"" (ayat 13)
Junjungan kita Nabi Muhammad SAW tatkala diangkat menjadi Rasul, beliau juga baru berusia empat puluh tahun. Pengikut-pengikut beliau yang merupakan generasi pertama, kebanyakan juga dari kalangan pemuda, bahkan ada yang masih kecil atau belum dewasa. Usia para pemuda Islam yang mendapatkan tarbiyah pertama di Daarul Arqaam, pada tahap pengkaderan adalah sebagai berikut :

Ali bin Ali Thalib, paling muda di antara mereka, usianya saat masuk Islam baru 8 tahun
Az Zubair bin Al 'Awwam, sama dengan Ali yaitu 8 tahun
Thalhah bin Ubaidillah, 11 tahun
Al Arqam bin Abil Arqaam, 12 tahun
Abdullah bin Mas'ud, 14 tahun
Sa'ad bin Abi Waqqaas, 17 tahun
Su'ud bin Rabi'ah, sama dengan Sa'ad, yaitu 17 tahun
Abdullah bin Mazh'un, juga berusia 17 tahun
Ja'far bin Abi Thalib, 18 tahun
Qudaamah bin Mazh'un, 19 tahun
Sa'id bin Zaid, berusia di bawah 20 tahun
Suhaib Ar Rumi, juga berusia di bawah 20 tahun
Assa'ib bin Mazh'un, kira-kira 20 tahun
Zaid bin Haritsah, sekitar 20 tahun
'Usman bin 'Affan, sekitar 20 tahun
Tulaib bin 'Umair, sekitar 20 tahun
Khabab bin Al Art, juga sekitar 20 tahun
'Aamir bin Fahirah, 23 tahun
Mush'ab bin 'Umair, 24 tahun
Al Miqdad bin Al Aswad, seperti Mush'ab 24 tahun
Abdullah bin Al Jahsy, 25 tahun
Umar bin Al Khaththab, 26 tahun
Abu Ubaidah Ibnul Jarrah, 27 tahun
'Utbah bin Ghazwaan, juga 27 tahun
Abu Hudzaifah bin 'Utbah, sekitar 30 tahun
Bilal bin Rabah, sekitar 30 tahun
'Ayyasy bin Rabi'ah, kira-kira 30 tahun
'Amir bin Rabi'ah, sekitar 30 tahun
Nu'aim bin Abdillah, hampir 30 tahun
'Usman bin Mazh'un, kira-kira 30 tahun
Abu Salamah, Abdullah bin 'Abdil Asad Al Makhzumi, sekitar 30 tahun
Abdurrahman bin 'Auf, juga 30 tahun
Ammar bin Yasir, antara 30-40 tahun
Abu Bakar Ash Shiddiq, 37 tahun
Hamzah bin Abdil Muththalib, 42 tahun
'Ubaidah bin Al Harits, paling tua di antara semua sahabat, 50 tahun.
Bukan hanya mereka saja yang dari kalangan pemuda, akan tetapi ratusan ribu lainnya yang memperjuangkan dakwah Islam, pembawa panji-panji Islam serta pemimpin bala tentara Islam di masa Nabi ataupun sesudahnya, mereka seluruhnya dari kalangan pemuda, bahkan remaja yang belum atau baru dewasa. Adalah Usamah bin Zaid yang diangkat oleh Nabi sebagai komandan untuk memimpin pasukan kaum muslimin menyerbu wilayah Syam, yang saat itu merupakan salah satu wilayah kerajaan Romawi. Masih ingat usia beliau saat itu? Ya, delapan belas tahun. Padahal di antara prajuritnya terdapat orang yang lebih tua dari Usamah, seperti : Abu Bakar, Umar bin Khaththab dan lain-lain. Abdullah Ibnu Umar tak kalah juga hebatnya, semangat juang untuk berperang mulai memanaskan jiwanya sejak usia 13 tahun. Ketika itu Rasulullah SAW sedang mempersiapkan barisan pasukan pada perang Badar. Dua pemuda kecil datang menghampiri beliau, seraya meminta agar diterima menjadi prajurit. Tak salah lagi, dua pemuda kecil tersebut adalah Abdullah bin Umar dan Al Barra'. Saat itu Rasulullah saw menolak mereka. Tahun berikutnya pada perang Uhud, keduanya datang lagi, tetapi yang diterima hanya Al Barra'. Dan pada perang Al Ahzab barulah Nabi menerima Ibnu Umar sebagai anggota pasukan kaum muslimin.

(3)Melalui para pemuda seperti inilah, Islam berhasil menyingkirkan segala macam kekuatan. Ada satu peristiwa yang sangat menarik sekali untuk direnungkan para pemuda jaman ini. Peristiwa ini selengkapnya diceritakan oleh Abdurrahman bin 'Auf,
"Selagi aku berdiri di dalam barisan dalam perang Badar, aku melihat ke kanan dan kiriku, saat itu tampaklah olehku dua orang Anshar yang masih muda belia. Aku berharap semoga aku lebih kuat daripadanya. Tiba-tiba salah seorang di antaranya menekanku seraya berkata : 'Hai paman, apakah engkau mengenal Abu Jahal ?' Aku jawab : 'Ya, apakah keperluanmu padanya, hai anak saudaraku?' Dia menjawab : 'Ada seseorang yang memberitahuku bahwa Abu Jahal ini sering mencela Rasulullah SAW. Demi (Allah) yang jiwaku ada di tangan-Nya jika aku menjumpainya tentu takkan kulepaskan dia sampai siapa yang terlebih dahulu mati, antara aku atau dia! 'Berkata Abdurrahman bin 'Auf : 'Aku merasa heran ketika mendengar ucapan anak muda itu.'Kemudian anak yang satunya lagi itupun menekanku dan berkata seperti ucapan temannya tadi. Tidak lama berselang akupun melihat Abu Jahal mondar-mandir di dalam barisannya, segera aku katakan (kepada dua anak muda itu), 'Inilah orang yang sedang kalian cari.' Tanpa mengulur-ulur waktu, keduanya seketika menyerang Abu Jahal, menikamnya dengan pedang sampai tewas. Setelah itu merekapun menghampiri Rasulullah SAW (dengan rasa bangga) melaporkan kejadian itu. Rasulullah bertanya, 'Siapakah di antara kalian yang menewaskannya?' Masing-masing menjawab, 'Sayalah yang membunuhnya.' Lalu Rasulullah bertanya lagi, ' Apakah kalian sudah membersihkan mata pedang kalian?' 'Belum', jawab mereka serentak. Rasulullah pun kemudian melihat pedang mereka, seraya bersabda, 'Kamu berdua telah membunuhnya. Akan tetapi segala pakaian dan senjata yang dipakai Abu Jahal (boleh) dimiliki Mu'adz bin Al Jamuh'. (Berkata perawi hadits ini) : Bahwa kedua pemuda itu adalah Mu'adz bin'Afra dan Mu'adz bin 'Amru bin Al Jamuh."

(4)Pemuda-pemuda yang dipaparkan di atas merupakan pemuda yang telah membuktikan pada masanya akan aktivitas yang mereka lakukan dan bisa mengubah wajah dunia saat itu dan sekarang, Insya Allah. Dari potret pemuda masa lalu tersebut, kita dapat menggali dari mereka dan merefleksikan pada diri kita dengan situasi dan kondisi yang berbeda. Agar kita bisa menjadi sosio kultur atau pengubah ke arah yang baik, untuk menjayakan kembali umat Islam ini. Sehingga akan datang janji Allah pada kita sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah,
"Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan bagiku dunia ini, baik ufuk Timur maupun Barat. Dan kekuasaan umatku akan sampai kepada apa yang telah diberikan kepadaku dari dunia ini."
(5) Saat ini yang harus kita refleksikan dari diri mereka ada tiga hal dan ketiga hal tersebut disebutkan dalam firman Allah SWT dalam surat Fushilat : 33,
"Dan siapakah ucapannya yang paling baik daripada orang yang berdakwah kepada Allah, beramal yang baik dan berkata : 'Sesungguhnya aku ini adalah termasuk orang-orang yang berserah diri' ."
Ketiga hal tersebut (dalam ayat di atas) adalah :

1. Berdakwah atau mengajak umat ini kepada Allah. Dengan kata lain seorang pemuda harus berani mengungkapkan kebenaran yang ada pada Islam, serta membeberkan kerusakan-kerusakan yang ada pada sistem atau pada ide-ide Barat yang banyak diikuti oleh pemuda-pemuda yang bodoh. Dengan dakwah ini pemuda-pemuda pada masa Rasulullah sanggup mengubah kultur yang rusak ke arah yang baik, menegakkan panji-panji Islam dan sanggup menghancurkan setiap kebatilan yang ada. Melalui dakwah ini pula Rasulullah dan sahabat-sahabatnya yang tergolong sebagai pemuda, mengadakan pemberangusan terhadap idiologi-idiologi yang bertentangan dengan Islam dan menyebarkan Islam sebagai rahmat bagi alam semesta.

2. Beraktivitas yang baik dan sesuai dengan syari'at-syari'at Islam. Seorang pemuda seharusnya bisa beraktivitas yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain, dengan batasan-batasan syari'at Allah.

3. Seorang pemuda muslim yang benar-benar bertaqwa, harus berserah diri pada Islam. Maksudnya pemuda harus menjadikan Islam sebagai standart dari perilaku, sehingga kehidupan seorang pemuda akan benar-benar mendapat ridla Allah SWT.
Dengan tiga hal tersebut, seorang pemuda harus benar-benar menjalankannya, supaya akan datang janji Allah. Sebagaimana firman Allah pada surat An Nuur : 55,
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan amal-amal yang baik, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menja- dikan mereka berkuasa di muka bumi ini sebagaiman telah Dia jadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh-sungguh Dia akan menegakkan bagi mere- ka agama yang telah diridloi-Nya untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan menu- kar (keadaan mereka) sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sen- tosa. Oleh karena itu mereka menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku."
Wallahu 'A'lam bish Showaab.


jawaban Mengatasi Bisikan Iblis


Ada sepuluh cara setidaknya, agar kita bisa menjawab godaan setan yang selalu ingin menjerumuskan kita ke jurang neraka. Cara praktis mengusir iblis dan bala tentaranya itu tertuang nasihat seorang ulama dalam dialog antara manusia dan iblis:
1. Jika ia datang kepadamu dan berkata:" Anakmu mati," katakan kepadanya : Sesungguhnya mahluk hidup diciptakan untuk mati, dan penggalan mdariku(putraku) akan masuk surga. Dan hal itu membuatku bahagia".
2. Jika ia datang kepadamu dan berkata:" Hartamu musnah," katakan kepadanya : "Segala puji bagi Allah Zat Yang Maha Memberi dan Mengambil, dan menggugurkan atasku kewajiban zakat."
3. Jika ia datang kepadamu dan berkata:" Orang-orang menzalimimu sedangkan kamu tidak menzalimi seorangpun." maka katakan kepadanya : "Siksaan akan menimpa orang-orang yang berbuat zalim dan tidak menimpa orang-orang yang berbuat kebajikan (Mukhsinin)".
4. Dan jika ia datang kepadamu dan berkata: "Betapa banyak kebaikanmu," dengan tujuan menjerumuskan untuk bangga diri(Ujub). Maka katakan kepadanya: "Kejelekan-kejelekanku jauh lebih banyak dari pada kebaikanku".
5. Dan jika ia datang kepadamu dan berkata:"Alangkah banyaknya shalatmu". Maka katakan : "Kelalaianku lebih banyak dibanding shalatku".
6. Dan jika ia datang dan berkata: "Betapa banyak kamu bersedekah kepada orang-orang". Maka katakan kepadanya: "Apa yang saya terima dari Allah jauh lebih banyak dari yang saya sedekahkan".
7. Dan jika ia berkata kepadamu : "Betapa banyak orang yang menzalimimu". Maka katakan kepadanya : "Orang-orang yang kuzalimi lebih banyak".
8. Dan jika ia berkata kepadamu : "Betapa banyak amalmu". Maka katakan kepadanya: "Betapa seringnya aku bermaksiat".
9. Dan jika ia datang kepadamu dan berkata: "Minumlah minuman-minuman keras!". Maka katakan : "Saya tidak akan mengerjakan maksiat".
10. Dan jika ia datang kepadamu dan berkata: "Mengapa kamu tidak mencintai dunia?". Maka katakan : "Aku tidak mencintainya dan telah banyak orang lain yang tertipu olehnya".


Izinkan Aku Menciummu, Ibu


Sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya. Ia selalu menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan mengepelnya setiap pagi dan sore. Setiap hari, aku ‘dipaksa’ membantunya memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun. Bahkan sepulang sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah dibereskan. Sehabis makan, aku pun harus mencucinya sendiri juga piring bekas masak dan makan yang lain. Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu bersungut-sungut.
Kini, setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ia melakukan itu semua. Karena aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari anak-anakku yang tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecilku dulu. Terima kasih ibu, karena engkau aku menjadi istri yang baik dari suamiku dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.
Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang mengantarku hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu. Sesekali kulihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana. Aku tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah, dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu. Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.
Kini, setelah aku besar, aku malah sering meninggalkannya, bermain bersama teman-teman, bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit, ketika ia membutuhkan pertolonganku disaat tubuhnya melemah. Saat aku menjadi orang dewasa, aku meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga.
Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilanku yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak menyangka aku sedang bersamanya.
Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah memikirkan penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa uang belanja bulanannya. Padahal juga aku tahu, ia yang dengan penuh kesabaran, kelembutan dan kasih sayang mengajariku berjalan. Ia mengangkat tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat saat aku menangis.
Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi. Aku semakin merasa jauh berbeda dengannya. Aku yang pintar, cerdas dan berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya.
Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi do’a di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang sudah kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang sekarang.
Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia tunjukkan bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu. Sesaat kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan senyum suamiku. Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat aku bersimpuh di kakinya. Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia ini.
Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku tak pernah lagi menjenguknya atau menanyai kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri yang shaleh dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku pada Ibu. Sungguh, kini setelah aku mempunyai anak, aku baru tahu bahwa segala kiriman uangku setiap bulannya tak lebih berarti dibanding kehadiranku untukmu. Aku akan datang dan menciummu Ibu, meski tak sehangat cinta dan kasihmu kepadaku.


Istimewanya Wanita Islam


Kaum feminis bilang susah jadi wanita ISLAM, lihat saja peraturan dibawah ini :
1. Wanita auratnya lebih susah dijaga berbanding lelaki.
2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.
3. Wanita saksinya kurang berbanding lelaki.
4. Wanita menerima pusaka kurang dari lelaki.
5. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.
6. Wanita wajib taat kpd suaminya tetapi suami tak perlu taat pd isterinya.
7. talak terletak di tgn suami dan bukan isteri.
8. Wanita kurang dlm beribadat karena masalah haid dan nifas yg tak ada pada lelaki.
makanya mereka nggak capek-capeknya berpromosi untuk "MEMERDEKAKAN WANITA ISLAM"
Pernahkah kita lihat sebaliknya (kenyataannya)??
Benda yg mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan ditempat yg teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiar terserak bukan?
Itulah bandingannya dgn seorg wanita. Wanita perlu taat kpd suami tetapi lelaki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama dari bapaknya. Bukankah ibu adalah seorang wanita?
Wanita menerima pusaka kurang dari lelaki tetapi harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya, manakala lelaki menerima pusaka perlu menggunakan hartanya utk isteri dan anak-anak.
Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat dan seluruh makhluk ALLAH di mukabumi ini, dan matinya jika karena melahirkan adalah syahid.
Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggungjawabkan terhadap 4 wanita ini: Isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya.
Manakala seorang wanita pula, tanggungjawab terhadapnya ditanggung oleh 4 org lelaki ini: Suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.
Seorang wanita boleh memasuki pintu Syurga melalui mana mana pintu Syurga yg disukainya cukup dgn 4 syarat saja : Sembahyang 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat suaminya dan menjaga kehormatannya.
Seorg lelaki perlu pergi berjihad fisabilillah tetapi wanita jika taat akan suaminya serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLAH akan turut menerima pahala seperti pahala org pergi berperang fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.
Masya ALLAH ... demikian sayangnya ALLAH pada wanita .... kan?


ISTIGFAR DAN BERTAUBAT ADALAH KUNCI DIBUKAKANNYA RIZKI


Di antara hal yang menyibukkan hati kaum muslimin adalah mencari rizki. Dan menurut pengamatan, sebagian besar kaum muslimin memandang bahwa berpegang dengan Islam akan mengurangi rizki mereka. Kemudian tidak hanya sebatas itu, bahkan lebih parah dan menyedihkan bahwa ada sejumlah orang yang masih mau menjaga sebagian kewajiban syari’at Islam tetapi mengira bahwa jika ingin mendapatkan kemudahan di bidang materi dan kemapanan ekonomi hendaknya menutup mata dari hukum-hukum Islam, terutama yang berkenaan dengan hukum halal dan haram.
Mereka itu lupa atau berpura-pura lupa bahwa Allah men-syari’atkan agamaNya hanya sebagai petunjuk bagi ummat manusia dalam perkara-perkara kebahagiaan di akhirat saja. Padahal Allah mensyari’atkan agama ini juga untuk menunjuki manusia dalam urusan kehidupan dan kebahagiaan mereka di dunia.
Sebagaimana Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas Radhiallaahu anhu , ia berkata:

كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِيِّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Sesungguhnya do’a yang sering diucapkan Nabi adalah, “Wahai Tuhan Kami’ karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api Neraka”. (Shahihul Al-Bukhari, Kitabud Da’awat, Bab Qaulun Nabi Rabbana Aatina fid Dunya Hasanah, no. Hadist 6389, II/191).
Allah dan RasulNya tidak meninggalkan umat Islam tanpa petunjuk dalam kegelapan dan keraguan dalam usaha mencari penghidupan. Tapi sebaliknya, sebab-sebab mendapat rizki telah diatur dan dijelaskan. Sekiranya ummat ini mau memahami dan menyadarinya, niscaya Allah akan memudahkan mencapai jalan-jalan untuk mendapatkan rizki dari setiap arah, serta akan dibukakan untuknya keberkahan dari langit dan bumi. Oleh karena itu Insyallah pada artikel ini saya ingin menjelaskan tentang berbagai sebab di atas dan meluruskan pemahaman yang salah dalam usaha mencari rizki .
Di antara sebab terpenting diturunkannya rizki adalah istighfar (memohon ampun) dan taubat kepada Allah. Sebagaimana firman Allah tentang Nuh yang berkata kepada kaumnya : “Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohon ampunlah kepada Tuhanmu’, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”. (Nuh: 10-12)
Yang dimaksud istighfar dan taubat di sini bukan hanya sekedar diucap di lisan saja, tidak membekas di dalam hati sama sekali, bahkan tidak berpengaruh dalam perbuatan anggota badan. Tetapi yang dimaksud dengan istighfar di sini adalah sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah “Meminta (ampun) dengan disertai ucapan dan perbuatan dan bukan sekedar lisan semata.”
Sedangkan makna taubat sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha melakukan apa yang lebih baik (sebagai ganti). Jika keempat hal itu telah dipenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna.
Begitu pula Imam An-Nawawi menjelaskan: “Para ulama berkata. ‘Bertaubat dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga:

 Hendaknya ia harus menjauhi maksiat tersebut.
 Ia harus menyesali perbuatan (maksiat) nya.
 Ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi.
 Dan mengganti dengan perbuatan yang baik atau yang lebih maslahat

Jika salah satu syarat hilang, maka taubatnya tidak sah. Jika taubatnya berkaitan dengan hak manusia maka syaratnya ada empat, yaitu ketiga syarat di atas ditambah satu, yaitu hendaknya ia membebaskan diri (memenuhi) hak orang lain. Jika berupa harta benda maka ia harus mengembalikan, jika berupa had (hukuman) maka ia harus memberinya kesempatan untuk membalas atau meminta maaf kepadanya dan jika berupa qhibah (menggunjing), maka ia harus meminta maaf.
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya (surat Nuh: 10-12) berkata: “Maknanya, jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepadaNya, niscaya Ia akan memperbanyak rizki kalian, Ia akan menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, melimpahkan air susu, memperbanyak harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya terdapat macam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai di antara kebun-kebun untuk kalian.
Imam Al-Qurtubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasannya ia berkata: “Ada seorang laki-laki mengadu kepada Al-Hasan Al-Bashri tentang kegersangan (bumi) maka beliau berkata kepadanya, Beristighfarlah kepada Allah! Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan, maka beliau berkata kepadanya, Beristighfarlah kepada Allah! Yang lain lagi berkata kepadanya, ’Do’akanlah (aku) kepada Allah, agar ia memberiku anak!!’ maka beliau mengatakan kepadanya, ‘Beristighfar kepada Allah! Dan yang lainnya lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan (pula),’Beristighfarlah kepada Allah!.
Kemudian di ayat yang lain Allah yang menceritakan tentang seruan Hud kepada kaumnya agar beristighfar. “Dan (Hud berkata),’Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepadaNya, niscaya Dia kan menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu dan Dia akan membawa kekuatan kepada kekuatanmu dan juga janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (Hud: 52)
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat yang mulia di atas menyatakan: “Kemudian Hud memerintahkan kaumnya untuk beristighfar sehingga dosa-dosa yang lalu dapat dihapuskan, kemudian memerintah-kan bertaubat untuk waktu yang mereka hadapi. Barangsiapa memiliki sifat seperti ini, niscaya Allah akan memudahkan rizkinya, melancarkan urusannya dan menjaga keadaanya.
Dan pada surat Hud di ayat yang lain Allah juga berfirman: “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya jika kamu mengerjakan yang demikian (niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai pada waktu yang telah ditentukan, dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut akan ditimpa siksa hari kiamat”. (Hud: 3).
Imam Al-Qurthubi mengatakan: “Inilah buah istighfar dan taubat. Yakni Allah akan memberikan kenikmatan kepada kalian dengan berbagai manfaat berupa kelapangan rizki dan kemakmuran hidup serta Allah tidak akan menyiksa kalian sebagaimana yang dilakukanNya terhadap orang-orang yang dibinasakan sebelum kalian.”
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’i Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas ia berkata, Rasulullah bersabda:

مَنْ أَكْثَرَ اْلاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ.

“Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberikan rizki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka.” (Dishahihkan oleh Imam Al-Hakim (AlMustadrak, 4/262) dan Syaikh Ahmad Muhammad Syaikh (Hamisy Al-Musnad, 4/55)
Dalam hadist yang mulia ini, Nabi menggambarkan tentang tiga hasil yang dapat dipetik oleh orang yang memperbanyak istighfar. Salah satunya yaitu, bahwa Allah Yang Maha Esa, Yang memiliki kekuatan akan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka dan tidak pernah diharapkan serta tidak pernah terbersit dalam hati.
Karena itu, kepada orang yang mengharapkan rizki hendaklah ia bersegera untuk memperbanyak istighfar, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan. Dan hendaklah kita selalu waspada! dari melakukan istighfar tidak hanya sebatas dengan lisan tanpa perbuatan. Sebab ia adalah pekerjaan para pendusta.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Bahwasannya telah disyari’atkan oleh Allah kepada kita untuk senantiasa ber-istighfar dan taubat dengan lisan yang disertai perbuatan. Karena istighfar dan taubat dengan lisan semata tanpa disertai dengan perbuatan adalah pekerjaan para pendusta.
2. Bahwasannya dengan istighfar dan taubat, Allah akan mengampuni dosa-dosa hambaNya, Allah akan menurunkan hujan yang lebat, Allah akan memperbanyak harta dan anak-anak, Allah akan menjadikan untuknya kebun yang di dalamnya mengalir sungai-sungai. Jadi dengan istighfar dan taubat, Allah akan membukakan pintu-pintu rizki dan keberkahan baik dari langit maupun dari bumi.


ISLAM DAN LIBERALISME, ADAKAH KORELASINYA


Akhir-akhir ini, ramai sekali orang membicarakan Islam Liberal. Sebagian dari mereka membela mati-matian adanya Islam Liberal, namun sebagian yang lain menolak dan mengatakan najis, ide Islam Liberal tersebut.
Sebagian mereka yang mati-matian membela adanya ide Islam Liberal, dengan gencarnya menyebarkan ide-ide tersebut melalui media masa-media masa yang ada, baik media cetak maupun media elektronik. Maklum, ide ini adalah ide yang bisa dikatakan baru. Sementara mereka yang menolak ide Islam Liberal juga tidak kalah gencarnya menolak menyebarnya ide tersebut.
Islam Liberal; adalah satu Istilah yang mengandung makna bahwa di dalam Islam itu ada terdapat unsur-unsur Liberal, yang keduanya tidak perlu diposisikan berseberangan, bertentangan, apalagi dipertentangkan. Justru Islam Liberal menjawab tantangan jaman, bahwa Islam tetap sesuai di tengah kehidupan Liberalime.
Pada kesempatan yang baik ini, baiklah kita kaji secara historis maupun muatan ide dasar dari ide-ide tersebut di atas, baik Islam sendiri, maupun Liberalisme.
ISLAM
Islam adalah Agama (Ad Dien) yang diturunkan oleh Allah swt, sang Pencipta, kepada utusan terakhirNya Muhammad SAW. Agama ini berisikan seluruh ajaran dan panduan hidup manusia di dunia. Panduan ini bersifat lengkap untuk kesejahteraan seluruh manusia. Panduan bagaimana manusia berhubungan dengan Penciptanya, yaitu Allah swt. Panduan, bagaimana manusia harus berhubungan dengan manusia lainnya, serta panduan bagaimana manusia berhubungan dengan dirinya sendiri.
Seluruh panduan dalam Islam berasal dari Allah swt, yang mutlak kebenarannya. Berisi perintah dan anjuran, begitu pula larangan dan cegahan, serta pilihan yang diserahkan kepada manusia untuk bebas memilihnya.
Secara garis besar, Islam berisikan tentang Aqidah dan Syariat. Aqidah merupakan panduan berupa keyakinan-keyakinan yang harus diimani oleh manusia. Sedangkan Syariat adalah panduan hukum yang berkenaan dengan perbuatan manusia.
Beberapa hal tentang aqidah serta Syar’iat bisa dijelaskan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1. Inti aqidah Islam adalah Laa ilaaha illallah, muhammadun rasuulullaah. Artinya, tiada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah swt, dan Muhammad saw, adalah utusan Allah.
2. Aqidah Islam meyakini bahwa pencipta alam seisinya adalah Allah swt. Manusia hidup di dunia ini adalah untuk menjalankan perintah Allah swt. Setelah mati, manusia akan mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannya di Akhirat, di hadapan Allah swt. Untuk kemudian diganjar ataupun disiksa sesuai dengan perbuatannya di dunia.
3. Aqidah Islam adalah aqidah yang membawa konsekuensi kepada manusia untuk terikat dengan Syariat Allah swt. Syari’at tersebut melingkupi segenap aspek kehidupan manusia. Jadi di dalan Islam, tidak ada satu pun aspek dalam kehidupan manusia ini yang lepas dari aturan Syari’at Allah. Oleh karena itu, Islam mempunyai kekhasan hukum tersendiri dibandingkan dengan syari’at lain manapun. Syari’at Islam (syari’at Allah swt) meliputi hukum-hukum yang menyangkut antara lain : Aqidah, Ibadah, Akhlaq, Muamalah (politik, ekonomi, peradilan, pendidikan dll)
4. Dari Aqidah Islam inilah terpancarkan satu sistem kehidupan yang meliputi sistem politik Islami, sistem ekonomi Islami, sistem pergaulan yang Islami , sistem pendidikan Islami, sistem peradilan Islami dan sistem-sistem lainnya yang Islami.
5. Aqidah Islam bukanlah aqidah sekular, yang memisahkan agama dari kehidupan. Aqidah Islam adalah Aqidah ruhiyah sekaligus aqidah siyasiyyah. Aqidah ruhiyyah adalah aqidah yang terpancar darinya keyakinana-keyakinan tentang akhirat, sedang aqidah siyasiyyah adalah aqidah yang terpancar darinya aturan-aturan kehidupan di dunia.
LIBERALISME.
Liberalisme adalah sebuah ajaran tentang kebebasan. Isme ini lahir seiring dengan lahirnya aqidah sekularisme. Jadi Liberalisme adalah anak kandung Sekularisme.Ia bersaudara dengan Kapitalisme dan Demokrasi. Ia mengajarkan akan kebebasan manusia dalam hal apa saja. Kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan berperilaku dan kebebasan kepemilikan. Dari liberalisme ini muncullah gerakan-gerakan baru yang mengatas namakan gerakan memperjuangkan HAM, Hak Asasi Manusia.
Liberalisme, yang sekarang ini dianut oleh negara-negara Barat dan seluruh pengikutnya, berawal dari adanya kompromi yang terjadi antara pihak agamawan (gereja Eropa) dan golongan Ilmuwan (scientist) Eropa yang tidak puas dengan adanya aturan-aturan yang diberlakukan pihak gereja dalam masyarakat.. Kesepakatan itu isinya adalah pemisahan antara urusan akhirat yang diberikan wewenangnya kepada pihak agamawan, sedangkan urusan dunia diserahkan sepenuhnya kepada pihak masyarakat pada umumnya. Pemisahan agama dari kehidupan inilah yang menjadi awal lahirnya sekularisme.
Beberapa hal tentang Aqidah sekuler yang bisa dijelaskan secara singkat dalam pembahasan sini adalah sebagai berikut :
1. Urusan agama adalah wewenang pihak gereja, sedangkan urusan kehidupan dunia adalah wewenang masyarakat pada umumnya. Agama adalah urusan individu yang tidak boleh dibawa-bawa dalam urusan publik dan kenegaraan.
2. Tuhan telah menciptakan manusia, adapun hukum-hukum yang mengatur kehidupan manusia diserahkan sepenuhnya kepada manusia untuk membuatnya.
3. Dari aqidah sekular ini terpancarlah aturan-aturan dan system kehidupan. Terpancarlah darinya sistem ekonomi (Kapitalis), sistem Pergaulan Kehidupan yang bebas dan permissive (Liberalis) dan sistem politik pemerintahan (Demokrasi)
4. Liberalisme, lebih lanjut mengajarkan adanya kebebasan dalam hal :
a. Beragama
b. Berpendapat
c. Berperilaku
d. Kepemilikan
PERBANDINGAN ANTARA ISLAM DAN LIBERALISME :
Mari kita simak perbandingan singkat berikut ini:
1. Aqidah :
Liberalisme beraqidah sekular, sedangkan Islam tidak beraqidah sekular
2. Sistem kehidupan yang terpancar darinya :
Islam menuntun kehidupan dengan sistem-sistem yang lahir dari Agama Islam itu sendiri. Aturan Islam datang dari Allah swt. Liberalisme melahirkan aturan-aturan yang tidak berlandaskan agama sama sekali.
3. Tentang kebebasan beragama:
Islam mengajarkan bahwa agama di sisi Allah hanyalah Islam. Liberalisme mengajarkan bahwa agama tidak perlu dipersoalkan. Agama adalah urusan individu. Setiap Individu bebas memilih agama apapun.
4. Tentang kebebasan berpendapat:
Tidak ada kebebasan berpendapat dalam Islam, kecuali dalam hal-hal yang mubah. Oleh karena itu Musyawarah dalam Islam hanya dalam persoalan mubah. Hal ini berbeda sama sekali dengan Liberalisme. Liberalisme membebaskan berpendapat apa saja dalam seluruh persoalan, karena setiap individu dijamin bebas berpendapat.
5. Tentang kebebasan berperilaku
Syari’at Islam mengikat setiap perbuatan manusia. Setiap perbuatan manusia harus terikat dengan hukum Syari’at. Hal ini beda sama sekali dengan Liberalisme, dimana ia membebaskan setiap Individu untuk berbuat apa saja asalkan tidak merugikan hak individu lain.
Kesimpulan :
Dari paparan ide dasar baik Islam maupun Liberalisme tersebut di atas, jelas sekali bahwa antara Islam dan Liberalisme, tidak ada kaitannya sama sekali, dan tidak perlu dikait-kaitkan. Mengaitkan dua hal yang bertentangan adalah tindakan yang bodoh. Apalagi hasil kaitan yang di reka-reka tersebut disebar luaskan untuk bisa diikuti umat. Jelas ini merupakan aktivitas yang membodohi umat. Perlu diwaspadai gerakan-gerakan yang mengatasnamakan Islam, pembaharuan Islam, akan tetapi sesungguhnya adalah penghancuran terhadap Islam dari dalam. Nauudzu billaahi min dzaalik tsumma na’uudzu billaahi.


Inginnya Aku Mencintaimu, Ya Rasullullah


Tak kenal maka tak sayang. Itu kata pepatah Melayu. Sedang orang Jawa bilang: Witing tresna jalaran saka kulina. Kedua ungkapan bijak itu jika diterjemahkan secara bebas bermakna hampir sama. Bahwa proses menuju cinta diawali dengan sesuatu yang bernama mengenal. Baik dalam arti kenal secara face to face, atau mengenal dalam arti sejarah hidup orang yang kita cintai.

Dulu, hampir-hampir saya tidak mengenal siapa nabi saya. Siapa Rasulullah SAW itu. Padahal saya muslim. Setiap shalat saya selalu baca shalawat. Ini memang sangat keterlaluan. Barangkali karena saya mengenal agama saya tidak begitu detail seperti kawan-kawan yang belajar di pesantren atau di sekolah khusus keagamaan.

Hingga, ketika teman saya -yang bekerja di toko kitab- itu memutar shalawat setiap saya ke sana, saya biasa-biasa saja dengan senandung itu.

Ketika tahun 90-an para mahasiswa mengejar-ngejar jurnalis dan pengarang Arswendo Atmowiloto, saya juga 'adem ayem' saja. Padahal alasan para mahasiswa waktu itu disebabkan pooling yang dilakukan majalah yang ia pimpin sangat menghina Muhammad SAW. Ia menempatkan Rasulullah di urutan yang kesebelas, persis satu tingkat di bawah nama Arswendo sendiri. Sedang di atas nama Rasulullah ada nama-nama Suharto, Tutut, Zainuddin MZ dan tokoh-tokoh orde baru lainnya.

Tak lama kemudian, setelah geger itu, dunia Islam juga di kejutkan oleh novel The Satanic Verses, karya Salman Rusydi. Novel yang ditulis pengarang Inggris kelahiran India itu juga dinilai sangat menghina Nabi kita. Sehingga pemimpin Republik Islam Iran waktu itu, Ayatullah Khomaini, menyediakan berjuta-juta dollar untuk siapa saja yang bisa menemukan Salman, baik dalam keadaan mati atau hidup. Pada saat itupun saya tenang-tenang saja. Tak ada reaksi apapun. Bahkan tak ada rasa apapun dalam diri saya. Seolah yang dihina adalah seorang manusia biasa.

Tapi suatu ketika, Allah memperkenankan saya bertemu seorang kawan. Kami berdiskusi soal keagamaan. Di ujung pembicaraan, ia menghina Muhammad SAW. Dada saya hampir meledak. Tangan saya hampir-hampir memukul muka kawan saya itu. Mulut saya ingin sekali berteriak. Namun, sayang saya tidak bisa atau tepatnya tidak punya argumentasi kuat untuk membela keberadaan Nabi saya. Karena pengetahuan saya tentang Muhammad begitu dangkal. Saya menyesal sekali. Sejak itulah saya mulai belajar keras untuk mengetahui dengan jelas dan benar siapa Muhammad SAW itu.

Sejak peristiwa itu saya rajin mendatangi kajian-kajian ke-Islaman di sebuah kampus kota saya. Sejak itu saya setiap pagi buta berjalan hampir tiga km untuk ikut mengaji di sebuah pesantren sebelah desa saya. Sejak itulah saya rajin silaturrahim kepada kawan-kawan saya yang aktif di kegiatan Islam kampus. Walau saya sendiri hanya sebagai pedagang kaki lima dan bukan mahasiswa.

Alhamdulillah, dari sanalah saya sedikit tahu sosok agung itu, yang Allah dan para malaikatNya saja bershalawat pada beliau. Figur seorang pemimpin yang ketika anaknya minta dicarikan pembantu rumah tangga, justru sang anak diberikan amalan agar selalu bertasbih, bertahmid dan bertakbir saja. Tokoh sederhana yang ketika ditawari emas sebesar gunung Uhud, justru memilih keluarga dan akhirat saja. Pemimpin para da'i yang ketika dilempari batu di Thaif membalasnya dengan melempar senyum dan mendoakan kebaikan. Sang 'Abid, yang dijamin masuk surga tanpa hisab, tapi masih berdiri kokoh di waktu malam untuk beribadah sampai kakinya bengkak-bengkak. Orang mulia, yang ketika mendekati ajal, yang beliau sebut-sebut bukanlah istri, anak atau keluarga lainnya, tapi justru umatnyalah yang beliau sebut-sebut.

Membaca itu semua, saya jadi teringat perkataan imam masjid di kampung saya dulu ketika mau mengajarkan sejarah nabi. Ia berkata: Mari kita belajar mengenal Nabi kita. Belajar megenal bagaimana tingkah laku pemimpin kita. Dengan mengenal itu semua, kita akan menjadi cinta pada beliau. Dan dengan demikan akan mudah untuk melaksanakan apa yang beliau contohkan.

Kalimat itu terngiang-ngiang kembali di telinga saya.

Cinta. Lagi-lagi karena alasan cinta mereka dengan ringan mampu berbuat sesuatu walaupun resikonya sangat tinggi. Karena cinta, mereka rela mengorbankan harta, tenaga, bahkan nyawa, demi sang kekasih yang dicintainya. Dan saya yakin cinta mereka-mereka yang telah mengenal Nabi itu bukanalah cinta buta. Tapi cinta yang dilandasi sesuatu keyakinan murni yang sangat kuat.

Kembali saya meraba diri sendiri. Setelah agak sedikit mengenal, apakah saya lantas dengan mudah mencintai sang Nabi?

Ya Allah, ternyata mencintai Nabi tak semudah mencintai orang tua, keluarga, atau tak semudah mencintai pasangan kita. Mencintai Nabi ternyata butuh konsekwensi diri yang luar biasa. Bahkan nabi sendiri, ketika ada seorang perempuan datang pada beliau, lantas perempuan itu mengungkapkan keinginannya untuk mencintai nabi setulus-tulusnya, Nabi justru balik bertanya. "Apakah sudah kau pikirkan dulu masak-masak? Sebab mencintai saya itu akan datang banyak cobaan. Dan datangnya cobaan itu seperti datangnya air bah," kata Nabi.

Berarti mencintai nabi tidaklah semudah yang diomongkan lidah. Dan saya sendiri, merasa masih sangat tertatih-tatih dalam menuju derajat cinta Rasul. Sebab mencintai Rasul itu berarti mencintai Allah juga. Dan seandainya boleh saya mengibaratkan, Allah dan Rasul adalah dua sisi mata uang. Yang satupun tak boleh dihilangkan.

Ya Rabbul Jalil, berilah saya kekuatan untuk mencintai Rasul dan mencintaiMu. Agar saya bisa dengan mudah melaksanakan apa yang Kau perintahkan dan menjauhi apa yang Kau larang.

Dan saat-saat ini saya seringkali bertanya pada diri sendiri, sudah sejauh manakah saya mencintai Rasulullah SAW?

Wallahu a'lam.


KAUM MUSLIMIN PADA MASA LALU Vs KAUM MUSLIMIN PADA SAAT INI


Allah berfirman dalam Al-Qur’anul Karim surat An-Nur ayat 55: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengamalkan kebaikan bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikaan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka dan Dia benar-benar akan merubah keadaan mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang masih kafir setelah janji itu maka mereka itulah orang-orang yang fasiq” (An-Nur 55).
Pada kesempatan kali ini tidak ada salahnya kalau kita mengingat kembali pesan yang telah Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam sampaikan ± 14 abad yang lalu, tentang sebuah kondisi yang akan menimpa umat Islam, yang akan menimpa kaum muslimin, dimana pada saat itu mereka akan dihinakan, direndahkan, dinjak-injak. Padahal mereka sebelumnya adalah kelompok-kelompok yang mulia, kelompok yang kuat dan kelompok yang dikenal keberaniannya, yang apabila musuh-musuh mendengar nama-nama mereka maka timbullah rasa takut dalam hati mereka.
Namun, apabila kita melihat kondisi kaum muslimin sekarang, maka kita akan bertanya, dimanakah kemuliaan itu? yang telah Allah janjikan dalam firmanNya surat An-Nur ayat 55 di atas, dan dimanakah kekuatan dan keberanian yang pernah ada? maka jawabnya, semuanya sudah hilang, semuanya kini hanya menjadi sebuah kenangan dan menjadi sebuah cerita. Kalau kita lihat sejarah yang telah berlalu, maka kita akan mendapatkan bahwa kaum muslimin pada masa Rasulullah, shahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in, mereka hidup dengan mulia dan terhormat, mereka menjadi mulia dengan keislaman mereka.
Setelah kita melihat sekilas sejarah masa lampau, maka secara sadar atau tidak sadar sebuah pertanyaan yang harus kita jawab yaitu: “Apa penyebab yang menjadikan umat Islam pada saat sekarang ini dihinakan bahkan diinjak-injak?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut marilah kita ingat-ingat kembali sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam ± 14 abad yang silam:
يُوْشَكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمُ اْلأُمَمُ كَمَا تَدَاعَى اْلأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا، فَقَالَ قَائِلٌ: أَوَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَسَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلْيَقْذِفَنَّ اللهُ فِيْ قُلُوْبِكُمُ الْوَهَنُ. قَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَا الْوَهَنُ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ. (رواه البيهقي، حديث حسن).
“Hampir tiba saatnya persatuan bangsa-bangsa mengerubut atas kamu sekalian seperti bersatunya orang-orang mengerubut makanan yang ada di atas nampan. Ada sahabat bertanya: apakah karena sedikitnya jumlah kita pada masa itu? Beliau bersabda: Bahkan jumlah kalian pada masa itu banyak. Tetapi kalian pada saat itu bagaikan buih seperti buih banjir. Dan Allah akan mencabut dari dada-dada musuh kalian (rasa) ketakutan kepada kalian, dan Dia akan memasukkan ke dalam hati-hati kalian al-wahan. Lalu shohabat bertanya: Ya Rasul apakah al-wahan itu? Beliau bersabda: cinta dunia dan takut mati” (HR. Baihaqi, hadist hasan).
Dan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرْكُتُم الْجِهَادَ، سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ عَنْكُمْ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ. (رواه أبو داود، حديث صحيح).
“Jika kalian berjual beli dengan cara ‘inah dan kalian mengambil ekor sapi (sibuk dengan peternakan) dan kalian merasa lega dengan pertanian dan kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan menurunkan kehinaan bagi kalian. Dan Allah sekali-kali tidak akan melepaskannya, kecuali jika kembali kepada agama kalian”. (HR. Abu Dawud hadist shahih)
Pada masa sekarang ini kita sering mendengar dan melihat slogan-slogan Islami yang setidaknya dapat membesarkan hati kita sebagai umat Islam. Namun pada sisi lain kita harus ingat bahwa memperjuangkan Islam itu tidak hanya sebatas slogan-slogan yang dipampang dikeramaian umum, sehingga setiap orang dapat melihat dan membaca, dan dalam memperjuangkan Islam ini tidak cukup hanya dengan menulis spanduk-spanduk, selebaran-selebaran dan lain sebagainya. Kita sebagai muslim harus sadar bahwa memperjuangkan Islam, untuk mengembalikan kemuliaan Islam dan muslimin kita dituntut untuk memperjuangkan Islam dengan perjuangan yang haqiqi, dengan mencurahkan tenaga yang ada, dengan mengorbankan harta benda bahkan lebih besar dari itu kita dituntut juga untuk mengorbankan jiwa kita, dengan kata lain kita dituntut untuk berjihad fii sabiilillah.
Berjihad di jalan Allah inilah yang dapat menjadikan umat Islam umat yang mulia, umat yang dihormati, umat yang dikenal dengan keberanian yang ditakuti oleh lawan. Dan inilah kunci mengapa pada generasi pertama Islam, kaum muslimin menjadi umat yang kuat dan umat yang ditakuti, tidak lain jawabnya adalah bahwa dikarenakan mereka menjadikan jihad sebagai jalan hidup mereka. Mereka sangat cinta jihad dan mereka sangat merindukan gugur sebagai syuhada’, sehingga dikarenakan kecintaan mereka yang sangat besar terhadap jihad, didapati di antara mereka yang tidak mempunyai harta benda kecuali pedang dan seekor kuda perang yang keduanya digunakan untuk berjihad di jalan Allah.
Dan sebaliknya apabila kita sudah melupakan jihad, kita disibukkan dengan masalah-masalah keduniaan, di antaranya kita sibuk dengan perdagangan dengan peternakan dan dengan pertanian atau perkebunan, dan dengan kesibukan itu semua kita meninggalkan jihad di jalan Allah, sehingga hari-hari kita habis atau hanya diisi dengan kesibukan untuk menghitung-hitung kekayaan yang kita miliki. Apabila semua ini ada pada diri kita, maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada kita, yang kehinaan itu tidak akan Allah cabut kecuali apabila kita kembali kepada agama kita, dan Allah pun akan mencabut dari dada-dada musuh-musuh kita rasa takut kepada kita, dan semua ini akan atau bahkan telah terjadi sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam, sebagai pesan buat kita selaku umatnya:
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman dalam surat At-Taubah ayat 24:
“Katakanlah (Hai Muhammad) jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasiq”.
Dari penjelasan, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa:
Pertama: Kemuliaan kaum muslimin akan tetap ada apabila kaum muslimin mau kembali untuk berpegang teguh kepada agamanya, dengan berjihad di jalan Allah membela agamaNya.
Kedua: Kemuliaan tersebut akan hilang apabila kaum muslimin telah disibukkan dengan kenikmatan dunia sehingga dengan gemerlapnya kenikmatan dunia ini menjadikan mereka lalai untuk berjihad di jalan Allah lii i’la i kalimatillah.
Ketiga: Dan apabila kaum muslimin sudah melupakan jihad, maka Allah akan menghinakan mereka di hadapan umat yang lain dan Allah akan mencabut dari dada-dada musuh kaum muslimin rasa takut kepada mereka.
Keempat: Untuk mengembalikan kemuliaan tersebut adalah dengan kembali kepada Agama, sehingga kaum muslimin dapat hidup dengan hidup yang mulia dan apabila mati, matipun dalam keadaan mulia pula.
Akhir kita selalu berharap mudah-mudahan Allah SWT. senantiasa memberikan kepada kita keteguhan untuk selalu berjalan di atas dienNya, dan agar Allah selalu memberikan kemuliaan kepada kaum muslimin kapan dan dimanapun kaum muslimin berada.Amin


IKHTILAF DAN ADAB-ADABNYA


الإختلاف وادابها

Ditinjau dari segi sebab dan akarnya, ada dua bentuk ikhtilaf (perselisihan):
a - Ikhtilaf yang disebabkan oleh faktor akhlaq
b - Ikhtilaf yang disebabkan oleh faktor pemikiran.
A. Ikhtilaf Yang Disebabkan Oleh Faktor Akhlaq.
Ikhtilaf yang timbul karena faktor akhlaq ini diketahui oleh para ulama' dan murabbi (pembina) yang memperhatikan beraneka motifasi dari berbagai sikap dan peristiwa.
Diantara sebab-sebabnya :
a Membanggakan diri dan mengagumi pendapatnya sendiri.
b Buruk sangka kepada orang lain dan mudah menuduh orang lain tanpa bukti.
c Egoisme dan mengikuti hawa nafsu. Diantara akibatnya : ambisi terhadap kepemimpinan atau kedudukan.
d Fanatik kepada pendapat orang, mazhab dan golongan.
e Fanatik kepada negeri, daerah, partai, Jama'ah atau pemimpin.
Semua ini adalah akhlaq tercela dan Muhlikat (hal yang mencelakakan) dalam pandangan para ulama'u 'l-qulub (ulama yang menyelidiki masalah hati). Wajib atas muslim awam --apalagi aktivis
Islam dan da'i-- untuk berusaha menghindari sifat-sifat tercela di atas.
Ikhtilaf yang timbul karena perangai yang tercela ini adalah perselisihan yang tidak terpuji bahkan termasuk katagori perpecahan yang tercela.
B. Ikhtilaf Yang Timbul Karena Faktor Pemikiran.
Ikhtilaf ini timhul karena perhedaan sudut pandang mengenai suatu masalah, baik masalah alamiah ataupun masalah amaliah, contoh dalam masalah ilmiah adalah perbedaan menyangkut cahang¬
cabang syari'at dan beberapa masalah aqidah yang tidak menyentuh prinsip-prinsip yang pasti. Sedang dalam masalah amaliah adalah perbedaan mengenai sikap-sikap politik dan pengamhilan keputusan atas berbagai masalah, akibat perhedaan sudut pandang, kelengkapan data dan informasi, pengaruh-pengaruh lingkungan dan zaman.
Diantara contoh yang paling nyata ialah perhedaan Jama'ah¬Jama'ah Islam sekitar beberapa sikap politik pada masa kita sekarang ini. Seperti keikutsertaan dalam pemilihan umum, masuk ke dalam parlemen, partisipasi dalam pemerintahan yang tidak komit dalam penerapan syari'at Islam, koalisi dengan sehagian kekuatan non¬Islam untuk menjatuhkan pemerintahan tiran yang tidak memherikan kebebasan pendapat sama sekali, dan lain sehagainya.
Sebagian ikhtilaf tersebut bersifat politik semata-mata, yakni berkaitan dengan pertimbangan antara kemaslahatan dan kemudlaratan, antara pencapaian dan kerugian, dimasa sekarang dan yang akan datang.
Sebagian yang lain bersifat fiqhi murni, yakni kembali kepada perbedaan hukum syar'.i mengenai masalah tersebut apakah ia boleh atau terlarang?. Seperti masalah partisipasi dalam pemerintahan,
berkoalisi dengan non-Muslim, dan keikutsertaan wanita dalam pemilihan baik sebagai pemilih atau sebagai orang yang dicalonkan. Sementara itu sebagian yang lainnya merupakan gahungan antara perbedaan yang bersifat fiqhi dan politis.
Diantara contoh yang.paling ny:tta adalah perbedaan pendapat antara para aktivis Islam mengenai metode-metode ishlah clan perubahan yang dicita-citakan :
Apakah dimulai dari atas atau dari bawah ?
Apakah kita mengutamakan cara revolusi dan kekerasan atau cara bertahap dan keluwesan?.
Apakah diutamakan kudeta militer atau perjuangan politik, ataukah takwin tarbawi (pembinaan)'?.
Apakah kita memberikan prioritas kepada aktivitas sosial ataukah kepada pembentukan kader-kader?.
Apakah dibolehkan adanya beberapa Gerakan Islam dimana masing-masing daripadanya bekerja di lapangan tertentu ataukah satu Gerakan yang mencakup dan menyeluruh?.
Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang tidak sedikit jumlahnya.
Termasuk ke dalam khilafiah fikriah: perbedaan pandangan mengenai penilaian terhadap sebagian ilmu pengetahuan seperti ilmu kalam, ilmu tasawuf, ilmu mantiq, ilmu filsafat dan fiqh madzhab.
Ada orang yang sangat fanatik terhadap ilmu-ilmu tersebut. Sebaliknya ada orang yang menolak semua ilmu tersebut dan menganggapnya "barang baru" (bid'ah) dalam Islam, yang dosanya lebih besar ketimbang manfa'atnya. Ada pula orang yang bersifat moderat; mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lainnya.
Ikhtilaf fikri lainnya adalah perbedaan mengenai penilaian terhadap sebagian peristiwa sejarah dan tokoh-tokohnya. Misalnya, apa yang terjadi antara sesama shahabat, antara sikap Umar terhadap Khalid bin Walid, Utsman terhadap Ibnu Mas'ud dan Abu Dzarr, sikap Thalhah, Zubair dan Aisyah terhadap Ali, perang Shiffin clan masalah Tahkim (Ali dan Mu'awiah) dan lainnya.
Diantara tokoh yang diperselisihkan : Mu'awiah dan ayahnya, Amer bin Al-Ash, Abu Musa Al-Asy'ari dan lainnya.
Bahkan dikalangan tokoh ilmu keislaman pun tidak luput dari kontroversi, antara orang yang fanatik mengagungkan bahkan mengkultuskannya clan orang yang fanatik menolaknya sampai berlebihan dalam mencaci-makinya. Diantara tokoh ulama' ini seperti Abu Hamid Al-Ghazali, Ibnu Taimiah, Muhyiddin Ibnu Arabi dan lainnya.
Tetapi perselisihan yang terbesar dan terluas ialah perselisihan dalam masalah cabang-cabang fiqh dan sebagian masalah-masalah aqidah yang tidak qath'i. Dalam masalah ini banyak contoh yang dapat disebutkan.
Ikhtilaf Fiqhi.
Perbedaan dalam masalah adzan dan iqamat, hukumnya shalat berjama'ah, duduk istirahat dan turun untuk bersujud dengan kedua tangan sebelum lutut atau sebaliknya, apasaja yang membolehkan jama' antara dua shalat dan sebagainya.
Diantara sebab utama perselisihan dan perpecahan di kalangan kelompok-kelompok aktivis Kebangkitan Islam ialah perselisihan dalam masalah cabang-cabang fiqh yang timbul akibat beraneka macam sumber dan aliran dalam rnemahami nash (teks) dan meng¬istinbat (menyimpulkan) hukum yang tidak ada nash-nya. Perselisihan ini terjadi antara pihak yang memperluas dan mempersempit, antara pihak yang memperketat dan memperlonggar, antara pihak yang cenderung kepada zhahir nash dan yang cenderung kepada ra'yi (rasional), antara orang yang mewajibkan semua orang untuk ber-taqlid kepada mazhab dan pihak yang melarang kepada orang untuk ber-madzhab. Di samping itu ada pula yang bersikap moderat yang membolehkan orang awam bertaqlid tanpa membatasi madzhab tertentu, dan menekankan kepada setiap orang yang terpelajar agar menyempurnakan kekurangannya sehingga mencapai tingkatan orang yang mampu mempertimbangkan dalil-dalil dan men-tarjih (menyeleksi mana yang lebih kuat) antara pendapat yang ada, serta melakukan ijtihad -kendatipun terbatas¬menyangkut beberapa masalah yang baru sama sekali.
Diantara contohnya :
Dalam masalah Thaharah :
Hukum colognet dan spirius yang digunakan untuk bersuci, benda yang diproses dari bahan yang asalnya najis, air got apabila telah dibersihkan, perlunya lrrwudhu' karena memakan daging onta, menyentuh wanita atau karena menyentuh kemaluan dan lain sebagainya ...
Dalam Masalah Zakat:
Apakah wajib zakat pada buah-buahan dan sayur-sayuran serta hasil-hasil bumi lainnya seperti kapuk dan lain sebagainya?. Bolehkan mengeluarkan nilai dari barang-barang yang harus
dizakatkan -khususnya zakat fitrah- atau tidak? Apakah pada perhiasan wanita terdapat zakat setiap tahun atau tidak?/
Dalam Masalah Puasa.
Dalam menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri : Apakah dengan ru'yah satu orang saja atau dengan orang banyak ataukah dengan hisab? dan lain sebagainya...
Dalam Masalah Haji
Apakah boleh ihram dari Jeddah bagi para penumpang kapal udara atau tidak? Bolehkah melempar (jumrah) sebelum zawal (condongnya matahari) atau tidak? Bolehkah menyembelih binatang kurban haji tamattu' di Mekkah sebelum hari Nahr (penyembelihan) atau tidak?.
Datam Masalah Shalat.
Seperti melepaskan kedua tangan atau bersedekap, bacaan basmalah dipelankan atau dikeraskan atau tidak dibaca sama sekali.
Dalam Masalah Perhiasan Dan Kecantikan.
Apakah memelihara jenggot itu wajib atau sunnah? Apakah boleh merapikannya atau mengguntingnya atau tidak? Apa hukum memelihara kumis? Apakah boleh melabuhkan pakaian walaupun bukan untuk tujuan kesombongan? Apakah wajib bagi wanita memakai cadar ataukah cukup menutup selain dari wajah dan kedua telapak tangannya? Apakah wanita bo,eh menggunakan sebagian alat kecantikan ringan seperti celak mata dan gelang di tangannya? Bolehkah wanita menggunakan colognet untuk wewangian? Apa hukum foto? baik foto yang punya bayangan atau tidak, khususnya fotographi dan televisi.
Dalam Masalah hiburan dan Permainan.
Apakah boleh mendengarkan lagu dengan alat musik atau tanpa alat musik? apabila boleh, apa syarat-syarat dan ketentuannya?.
Dalam Masalah Makanan Dan Minuman.
Apakah boleh memakan sembelihan Ahli Kitab? Apakah orang¬orang Eropa dan Amerika termasuk Ahli Kitab atau bukan?.
Dalam Masalah Harta Dan Mu'amalah.
Apakah boleh menentukan harga barang dan benda-benda sewaan. khususnya tempat-tempat tinggal dan gedung? Kemudian sejauh mana dibolehkan campurtangan negara dalam masalah ekonomi dan pengarahannya? Apa hukum menguasai "tanah putih" dan yang ditanami? Apa tafsir hadits-hadits yang melarang penggalian tanah? Dan hadits yang mengatakan : "Barang siapa yang memiliki tanah, hendaklan ia menanaminya atau (jika tidak ditanami) hendaknya memberikannya kepada saudaranya?"
Apa hukum asuransi dengan segala jenisnya?.
Apa hukum bekerja pada lembaga-lembaga yang tidak berpegang teguh kepada hukum-hukum Islam?.
Dalam Masalah Fiqh Siyasi Dan Perundang-undangan.
Apa yang harus dikatakan tentang para penguasa yang tidak memerintah dengan hukum Allah : Apakah ia kafir atau orang yang berma'siat saja?.
Apa hukum menggunakan kekuatan guna menjatuhkan mereka?. Apa hukum upaya sebagian orang merubah kemungkaran umum dengan menggunakan tangan, yakni dengan menggunakan kekerasan dan kekuatan fisik?.
Apa hukum pemilihan umum untuk memilih Ahlu '1-Halli wa '1¬Aqdi atau anggota syura?.
Apa hukum syura : apakah keputusannya wajib diikuti oleh pemimpin atau tidak?.
Bagaimana pendapat yang membatasi kepemimpinan negara?. Apa sikap minoritas non-Muslim terhadap tugas-tugas negara Islam?.
Apa sikap minoritas Muslim di negara kafir?.
Apakah dasar bagi hubungan antara negara Islam dan negara kafir: apakah perdamaian ataukah pep&ngan?.
Apakah jihad itu untuk membela ataukah untuk menyerang? Dengan kata lain, apakah orang-orang kafir itu diperangi karena kekafiran mereka ataukah karena permusuhan mereka terhadap kaum Muslimin?.
Apakah ada negeri selain dari Daru 'l-Islam dan Daru 'l¬Harbi?. Apakah ketentuan yang definitif bagi kedua Dar tersebut?. Dan masih banyak lagi masalah-masalah ijtihadiah lainnya yang diperselisihkan oleh para ulama' karena tidak adanya nash syar'i yang qath'iyyu 'ts-tsubut dan qath'iyyu 'd-dalalah.

PERBEDAAN MASALAH FURU' : KEMESTIAN RAHMAT DAN KELELUASAAN
A. Perbedaan masalah Furu', Suatu Kemestian
Orang-orang yang ingin menyatukan kaum muslimin dalam satu pendapat tentang hukum-hukum ibadat, mu'amalat dan cabang¬cabang agama lainnya, hendaknya mengetahui dan menyadari bahwa mereka sebenarnya menginginkan - sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Upaya-upaya mereka untuk menghapuskan perbedaan (dalam masalah ini) tidak akan menghasilkan apa-apa selain daripada bertambah meluasnya perbedaan dan perselisian itu sendiri. Upaya¬upaya seperti ini hanyalah menunjukkan kedunguannya saja, karena perbedaan dalam memahami hukum-hukum syari'at yang tidak bersifat asasiah ini merupakan suatu kemestian (dlarurah) dan tidak dapat dihindari.
Kemestian ini adalah disebabkan oleh tabi'at agama (Islam), tabi'at bahasa (syari°at), tabi'at manusia, tabi'at alam dan kehidupan.
Orang-orang yang Berselisih Dalam Masalah Furu', Termasuk Ahlu 'r-Rahmah
imam Syatibi di dalam kitabnya, al-I'tisham, memberikan jawaban tuntas dalam masalah ini. Setelah menyebutkan perselisihan para penganut millah terdahulu dan kesepakatan penganut Islam, beliau berkata:
"Kemudian yang bersepakat itu mungkin akan berselisih pendapat sesuai dengan tujuan yang kedua, bukan karena tujuan yang pertama. Allah telah menetapkan bahwa cabang-cabang agama
(Islam) ini mentolerir adanya berbagai pandangan dan penafsiran. Para pengkaji menegaskan bahwa dalam masalah-masalah ijtihadiah biasanya tidak mungkin dicapai kesepakatan. Karena masalah¬masalah zhanniyah ini sangat potensial dalam menimbulkan perbedaan pendapat, clan hanya menyangkut masalah-masalah furu'; bukan masalah-masalah ushul (prinsip), perbedaan pendapat ini tidak berbahaya".
Mengenai ayat ini (QS, Hud: 118-119) para ahli tafsir menyebutkan bahwa Al-Hasan berkata: "Orang-orang yang mendapatkan Rahmat Allah", itu tidak akan berbeda pendapat
sampai batas membahayakan mereka. Perselisian mereka itu menyangkut masalah-masalah. ijtihadiah yang tidak ada nash-nya yang tegas. Bahkan perselisian mereka itu sangat beralasan, karena Allah Maha Mengetahui bahwa perbedaan pendapat semacam ini pasti akan terjadi, maka dibuatlah suatu kaidah yang harus dipegangi dalam masalah ini, yaitu firman Allah:
"Jilca kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul ". (QS < an-Nisa': 59).
Jadi, setiap perbedaan pendapat yang tergolong jenis ini Allah mengharuskan agar dikembalikan kepada Allah (AI-Qur'an) dal, kepada Rasul-Nya (Sunnah Nabawiah). Demikianlah praktek par? ulama terdahulu.
lvfungkin ada, yang bertanya: Apakah mereka termasuk ke dalam fiman Allah "mereka senantiasa berselisih pendapat?' 7awabannya, - mereka tidak termasuk kedalamnya karena beberapa hal:
Pertama: Ayat ini menegaskan bahwa Ahlu '1-Ikhtilaf yang disebutkan itu merupakan lawan Ahlu 'r-Rahmah. Firman Allah: ipMereka senantiasa berselisih pendapat kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabb-mu ". Ayat ini menyebutkan antara dua golongan: Ahlu 'l-Ikhtilaf dan ANu '~-Rahmah. Pembagian ini menunjukkan bahwa Ahlu 'r-Rahmah tid~k termasuk Ahlu 'l-Ikhtilaf.
Kedua: Karena di dalam ayat tersebut Allah menegaskan: "Mereka senantiasa berselisih pendapat". Menurut lahiriah ayat ini perselisihan itu menjadi sifat yang lekat bagi mereka, bahkan Allah mengungkapkanya dengan menggunakan Isim , Fa'il yang mengisyartakan kelekatan. Sedangkan Ahlu 'r-Rahmah terbebaskan dari perselisihan tersebut, karena sifat rahmat berlawanan* dengan ketetapan berselisih pendapat. Bahkan jika Ahlu 'r-Rahmah berselisih pendapat tentang suatu masalah maka perselisihannya itu hanya menyangkut soal mencari tujuan Allah dalam mensyari'atkan sesuatu, bila terbukti kesalahannya maka mereka segera kembali. Jadi, perselisihannya hanya bersifat "sementara" bukan "sifat dasar".
Ketiga: Perselisihan dalam masalah-masalah ijtidahiah telah terjadi dikalangan orang -orang yang dapat dipastikan telah mendapat rahmat, yaitu para shahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Mereka ini tidak dimasukkan ke dalam "orang-orang yang senantiasa berselisih pendapat". Seandainya salah seorang dari mereka (shahabat) yang berselisih pendapat tentang masalah
dianggap sebagai Ahlu 'l-Ikhtilaf niscaya, sesuai penilaian tersebut, ia tidak dikatakan termasuk Ahlu 'r-Rahmah. Tentu saja 6a1 irii tidak aapat diterima bahkan bertentangan dengan ijma' Ahlu 'l-Sunnah.
Keempat: Ulama' Salaf yang shalih telah menjadikan perbedaan Ummat dalam masalah-masalah furu' sebagai salah satu bentuk rahmat. Jika perbedaan ini termasuk rahmat maka tidak mungkin orang yang berselisih pendapat itu keluar dari golongan Ahdu °r, Rahmah.
Diriwayatkan dari Qasim bin Muhammad, ia berkata: Allah telah memberi manfaat dengan perbedaan para shahabat Rasulullah saw dalam beramal. Tidaklah seseorang beramal berdasarkan ilmu salah seoarang dari mereka, (shahabat) kecuali mereka, merasakan keleluasaan.
Dari Dhamrah bin Raja, ia berkata: Umar bin Abdul Az~ pernah bertemu dengan Qasim bin Muhammad dalam sebuah majelis mudzkarah hadits, kemudian Umar menyebutkan suatu pendapat yang bertentangan dengan pendapat Qasim. Lalu Qasim pun menyanggahnya dengan sengit, tetapi Umar berkata kepadanya; Jangan kamu lakukan itu, karena aku lebih suka perbedaan pendapat mereka ketimbang onta yang terbaik.
Ibnu Wahab juga meriwayatkan dari Qasim, ia berkata: Bahwa Qasim pernah berkata: Aku kagum akan perkataan Umar bin Abdul Aziz; "Aku tidak suka jika para shahabat Muhammad saw tidak berselisih pendapat. Sebab jika mereka dalam satu pendapat niscaya manusia akan mengalami kesempitan. Mereka adalah para Imam yang patut diteladani. Jika seseorang mengikuti pendapat salah seorang diantara mereka maka ia berada dalam keleluasaan".
Ini berarti bahwa mereka membuka pintu Ijtihad kepada manusia dan membolehkan terjadinya perbedaan pendapat dalam ijtihad tersebut.
Seandainya mereka tidak menbukanya niscaya para mujtahid akan mengalami kesempitan. Sebab, lapangan ijtihad dan hal-hal yang belum pasti itu biasanya -seperti telah dijelaskan diatas- selalu mengundang perbedaan pendapat. Para ahli ijtihad disamping harus mengikuti pendapat yang menurut perkiraannya lebih kuat, juga. harus mengikuti pendapat yang bertentangan dengannya. Ini jelas , merupakan pembebanan terhadap sesutau yang tidak disanggupinya '' disamping merupakan kesempitan yang paling dahsyat. Oleh sebab itu , Allah kemudian melapangkan ummat ini dengan adanya ' perbedaan pendapat menyangkut masalah-masalah furu'iah dikalangan mereka. Hal ini membuka pintu bagi Ummat untuk I masuk ke dalam rahmat. Bagaimana mereka tidak masuk ke dalam ~ golongan "orang yang diberi rahmat oleh Rabb-mu", sedangkan ~ perbedaan pendapat mereka menyangkut masalah furu' sama dengan kasepakatan mereka menyangkut masalah yang sama? Segala puji milik Allah" .

ADAB DALAM IKHTILAF
1. Ikhlas Karena Allah dan Terbebas dari Hawa Nafsu
Seringkali perselisihan antar kelompok atau pribadi nampak secara lahiriah sebagai perselisihan ilmiah atau mengenai masalah-masalah pemikiran semata-mata. Tetapi sesungguhnya perselisihan tersebut timbul karena faktor egoisme dan memperturutkan hawa nafsu yang dapat menyesatkan seseorang dari jalan Allah. Inilah yang saya rasakan dan amati dari berbagai perselisihan yang telah clan sedang terjadi di dalam tubuh beberapa Jama'ah dan Gerakan Islam, baik antar sesama anggota dari satu Jama'ah ataupun di kalangan para pemimpinnya. Seringkali perselisihan itu terjadi karena faktor-faktor pribadi dan popularitas, sekalipun dibalut dengan kepentingan Islam atau Jama'ah dan lain sebagainya yang tidak diketahui bahkan oleh manusia itu sendiri.
Memang, banyak perselisihan timbul hanya karena si Zaid menjadi pemimpin atau karena si Umar menjadi komandan. Kemudian para pengikut masing-masing mengira sebagai perselisihan mengenai prinsip dan pemahaman. Padahal ia merupakan perselisihan memperebutkan kepemimpinan atau jabatan. Sabda Nabi saw:
2. Meninggalkan Fanatisme terhadap Individu, Mazhab dan Golongan
Seseorang bisa berlaku ikhlas sepenuhnya kepada Allah dan berpihak hanya kepada kebenaran jika ia dapat membebaskan dirinya dari fanatisme terhadap pendapat orang, madzhab clan golongan.
Dengan kata lain, ia tidak mengikat dirinya kecuali dengan dalil. Jika dilihatnya adanya dalil yang menguatkan maka ia segera mengikutinya, sekalipun bertentangan dengan madzhab yang dianutnya atau perkataan seorang Imam yang dikaguminya atau golongan yang diikutinya. Sebab, kebenaran lebih berhak untuk diikuti daripada pendapat si Zaid atau si Umar. Allah tidak memerintahkan kita beribadah mengikuti perkataan seorang ulama atau Imam tertentu, tetapi Allah memerintahkan kita agar beribadah sesuai dengan apa yang terdapat di dalam Kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya: "Katakanlah: Ta'atlah kepada Allah dan ta'atlah kepada Rasul ".
Karenanya, kita tidak diperkenankan untuk bersikap fanatik terhadap hal-hal berikut :
a. Fanatik terhadap pendapat pribadi
b. Fanatik terhadap mazhab
c. Fanatik menentang Mazhab dan para Imam
d. Fanatik kepada kelompok atau partai

Akhlak Membebaskan Diri Dari Fanatisme.
Perlu dijelaskan di sini tentang beberapa akhlaq (tata cara) yang harus diperhatikan dalam rangka membebaskan diri dari fanatisme. Diantara akhlaq ini ialah sikap melihat kepada perkataan bukan kepada orang yang mengatakannya. Hendaknya ia punya keberanian untuk mengkritik diri sendiri, mengakui kesalahan, menerima dengan lapang dada kritik orang lain. Ia tak segan meminta nasihat dan evaluasi dari orang lain, memanfa'atkan ilmu dan hikmah yang dimiliki orang lain, memuji orang yang tidak sependapat jika memang pendapatnya baik, dan membelanya apabila dia dituduh dengan tuduhan yang batil atau dilecehkan dengan tidak benar. Masing-masing dari tata cara ini memerlukan pembahasan tersendiri. Mudah-mudahan dapat kita kaji dalam buku penulis yang sedang penulis persiapkan yaitu "Kebangkitan Islam , Dari Masa Puber Sampai Baligh ". Semoga Allah menolong penulis untuk merampungkan buku tersebut.
3. Berprasangka Baik Kepada Orang lain
Diantara akhlaq dasar yang penting dalam pergaulan sesama aktivis Islam ialah berprasangka baik kepada orang lain dan mencopot kacamata hitam ketika melihat amal-amal dan sikap-sikap mereka. Akhlak dan pandangan seorang Mu'min tidak boleh didasarkan pada prinsip memuji diri sendiri dan menyalahkan orang lain.
4. Tidak Menyakiti dan Mencela
antara faktor penyambung hubungan ialah sikap tidak ~menyakiti dan mencela orang yang berbeda pendapat serlta meminta ma'af kepadanya sek~ilipun dia salah dalam anggapan Anda.
Bisa jadi dia yang benar dan Anda yang salah, sebab dalam masalah ijtihad tidak ada kepastian teotang kebenaran salah satu dari kedua pendapat yang diperselisihkani. Dalam hal ini yang bisa dilakukan adalah tarjih. Sedangkan tai'jih itu sendiri tidak berarti sebuah kepastian.
5. Menjauhi Jidal dan Permusuhan Sengit
Faktor lain yang akan mendekatkan orang-orang yang saling berselisih pendapat ialah sikap menjahui perbantahan yang tercela dan permusuhan sengit. Islam, sekalipun memerintahkan perdebatan dengan cara yang lebih baik-- mengecam perbantahan yang bertujuan mengalahkan lawan dengan segala cara tanpa berpegang teguh kepada logika yang sehat dan timbangan yang bijaksana antar kedua belah pihak.
Allah mengecam orang-orang musyrik dan kafir karena melakukan perdebatan tersebut, di dalam firman-Nya:
"Diantara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya, dengan memalingkan lambungnya untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah. "
6. Dialog Dengan Cara yang Lebih Baik
Diantara landasan utama dalam etika" berbeda pendapat ialah Ddialog (jidal) dengan cara yang baik, sebagaimana ditegaskan di dalam firman Allah: "Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan nasehat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara lebih baik. Sesungguhnya Rabb-mu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. " (QS, An Nahl: 125). Dalam ayat ini terdapat perbedaan ungkapan antara apa yang dituntut dalam melakukan nasehat (mau'izhah) dan apa yang dituntut dalam melakukan bantahan (jidal). Dalam melakukan mau'izhah cukup dengan cara yang baik (hasanah) tetapi dalam melakukan jidal tidak dibenarkan kecuali dengan cara yang lebih baik (ahsan).
Imam Hasan Al Banna Dan Fiqhul Ikhtflaf
Diantara para mujaddid dan tokoh Islam di abad sekarang, Imam Hasan A1 Banna adalah orang yang paling mengetahui tentang fiqhul Ikhtilaf clan perlunya persatuan kalimat antar Jama'ah dan kelembagaan Islam.
. Da'wah Imam Hasan A1 Banna muncul ketika Ummat ditimpa musibah perpecahan dan perselisihan di segala bidang baik di Mesir ataupun di negeri-negeri Arab dan Islam.
Di bidang politik, terutama setelah jatuhnya Khilafah, muncul beraneka ragam "bendera". Tidak ada lagi "payung" yang menghimpun Ummat Islam dibawah panji aqidah. Usaha-usaha yang
dikerahkan untuk menghidupkan Khilafah atau memindahkannya ke negeri lain mengalami kegagalan. Akibatnya, muncullah panji-panji Nasionalisme yang saling bermusuhan. Kemudian terbentuklah partai-partai politik yang sepakat untuk tidak sepakat sehingga diperalat oleh musuh-musuh Islam untuk memecah-belah Ummat.
Di bidang pemikiran, muncul seruan "Pembaratan" dan ajakan untuk mengikuti peradaban Barat di segala bidang (baik dan buruknya, pahit dan manisnya). Mereka menginginkan demokrasi liberal clan kapitalisme sebagaimana diterapkan di Barat.
Di pihak lain muncul orang-orang yang menperjuangkan Sosialisme atau Komunis, sekalipun agak malu-malu pada saat itu. Ada juga orang-orang yang menyerukan 'uzlah (menutup diri) dari peradaban Barat serta menyelamatkan diri dari keburukannya dengan menutup semua jendela.
Di bidang agama, terdapat berbagai front yang masing-masing punya orientasi tersendiri.
Ada front Al Azhar dengan madzhab-nya yang empat dan perselisihan para ulama'nya di sekitar masalah ijtihad dan taqlid. Ada front tasawuf dengan beraneka macam tarekat, syaikh dan para pengikutnya yang banyak menyebar di lapisan masyarakat.
Ada front Jama'ah Jama'ah Islam yang juga beraneka ragam: seperti Jam'iah Syar'iah, Jam'iah Ansharus Sunnah, Jam'iah Syubbanul Muslimin, Syababu Sayyidina Muhammad saw dan lain sebagainya.
Semenjak ustadz A1 Banna memulai da'wahnya di Isma'iliah, perpecahan dan perselisihan itu telah berkembang di kalangan Jama'ah jama'ah Islam, terutama antara kubu Salafiyin dan kubu kaum sufi. Perpecahan dan perselisihan ini pun terbawa masuk ke dalam masjid, sehingga orang-orang yang shalat terpecah menjadi dua kelompok yang saling mencela dan tidak mau berjamaah di belakangnya bahkan sampai saling mengkafirkan. Hal inilah yang membuat Imam Al Banna "meninggalkan" masjid, karena perpecahan dikalangan jama'ah masjid tersebut. Beliau mengalihkan perhatiannya kepada komunitas lain yang terbebas dari "virus" tersebut, sekalipun dari segi keta'atan agamanya agak kurang, yaitu orang-orang yang ada di berbagai perkumpulan, warung kopi dan lain sebagainya.
Dalam menghadaI4 masalah perselisihan ini Imam A1 Banna telah mengambil langkah yang sangat bijaksana baik dari segi pemikiran atau agama.
Beliau tidak menolak secara mutlak apa yang dikatakan oleh orang-orang yang berpikiran Nasioanalis, tetapi menerima sebagiannya dan menolak sebagiannya yang lain berdasarkan "kriteria" yang diambil dari Islam itu sendiri.
Beliau menerima diantara pengertian "nasionalisme" yang tidak bertentangan dengan Islam, sebagaimana dijelaskan di dalam risalah Da'watuna.
Tetapi beliau memberikan perhatian besar terhadap perselisihan dalam masalah agama. Masalah ini dibahasnya diberbagai risalahnya, bahkan beliau merumuskan "Duapuluh Prinsip" agar
dijadikan sebagai batas minimal bagi Jama'ah jama'ah Islam yang memperjuangkan Islam untuk menggalang persatuan. Oleh sebab itu, beliau meninggalkan sebagian masalah tanpa memberikan "keputusan" yang final seperti dalam masalah tawassul, tata cara peribadatan clan lain sebagainya, karena menginginkan persatuan barisan dan kalimat.
Itulah sebabnya, mengapa seluruh perhatiannya dicurahkan kepada masalah-masalah besar bukan kepada masalah-masalah kecil. Karena yang pertama akan membuahkan persatuan 5edangkan yang kedua akan mengakibatkan perpecahan.
Berkata Imam Al Banna Rahimahullah : “ Kini saya akan berbicara kepada anda tentang dakwah kita berkenaan dengan perselisihan keagamaan dan perbedaan pendapat tentang mazhab-mazhab; Mempersatukan tidak memecah belah; Perbedaan pendapat adalah kemestian; Mencapai konsensus pada suatu soal furu’ tidaklah mungkin; Memaklumi sikap mereka yang berbeda dengan kita. “


 



"Terima kasih sudah berkunjung"

KUMPULAN ARTIKEL & HADIS-HADIS ROSULULLOH Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha